[Resensi] Tiga - Agung Rusmana



Judul: Tiga
Penulis: Agung Rusmana
Editor: Andriyani
Ilustrator: Gunadi Artwork
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Terbit: 2014
ISBN: 9786020239828

"Sampai kapan ya kita bisa bareng-bareng terus kayak gini?"-Tiga, 4.
Blurb.
Igor. Gue udah pacaran sejak umur delapan tahun dan mulai saat itu gue udah serius dan nggak main-main soal komitmen. Nggak ada di kamus gue yang namanya Cinta Monyet. Cinta yah cinta. Titik!

Gazha. Sejauh ini prioritas utama gue yah cuma sahabat. dulu, gue pernah punya teman yang selalu bisa bikin gue seneng dan ketawa, tapi karena satu masalah kecil yang agak nggak penting, yaitu PACAR. Akhirnya jadi berak semua.

Abbi. Gue bingung, kenapa banyak banget yang bilang gue manusia bernaluri buaya. Sebenarnya jadi seorang playboy itu anugerah. Lagi pula apa salahnya jadi playboy. Ada yang protes?

Cerita tiga pemuda gila, ceria, dan bermasalah yang menghadapi konflik cinta dan masa lalu. Satu yang belum mereka sadari, kalau persahabatan bisa utuh dan runtuh jika memang diizinkan.

###

Tujuan gue membaca novel ini lantaran gue suka dengan novel Agung yang Malaikat. Makanya gue pun mengejar agar bisa membaca novel yang ini. Akhirnya kesampaian. Namun apalah daya, setelah gue membandingkannya, novel ini belum memberi kesan yang 'wah' seperti novel Malaikat.

Ide Cerita.
Komplit semua masalah anak muda yang diwakilkan tiga karakternya (Igor, Gazha, Abbi), diurai dengan apik. Soal cinta, persahabatan. Blurb di atas sebenarnya sudah membuka apa-apa yang terjadi dengan ketiga karakter utamanya. Igor bermasalah dengan pacarnya, Dara. cewek yang polos namun aslinya tidak polos. Selalu saja ada alasan Dara agar tidak jalan dengan Igor. Dara cuek dengan harapan-harapan Igor agar selalu bisa dekat dan romantis dengannya. Gazha bermasalah dengan sahabatnya dulu. Lalu ia tidak ingin mengulang kesalahan yang sama antara dia dengan Igor dan Abbi. Soal percintaannya pun sedikit lambat karena prinsip Gazha, pertemanan di atas segalanya. Abbi bermasalah dengan pacarnya Gwen. Tipe Abbi ini ingin diperhatikan dan tidak boleh pacarnya kehilangan fokus untuk tidak memperhatikannya. Sehingga jika Gwen lengah, Abbi tak segan bersikap posesif dan sedikit kasar.

Bagaimana permasalahan pada ketiga cowok itu berakhir? Simak saja sampai halaman terakhir dan tersenyumlah..

Gaya menulis. POV. Plot. Karakter.
Gaya menulis Agung memang "anak muda banget". Seolah dia bercerita dengan lisan. Biar pun kata-katanya terlalu "enggak sopan", namun melihat latar belakang cerita yang memang anak SMA, dimaklumi. Mungkin kalau dibuat sopan malah akan menghilangkan rasa cowok SMA-nya. Itu alasan kenapa saya lebih suka gaya menulis penulis pria dengan menceritakan pria sebab terasa kadar pria-nya. Berbeda dengan penulis wanita yang menulis karakter pria, masih akan dirasakan ada sisi feminim-nya. Ini yang bahaya, sebab kesan setelah membaca ceritanya akan menyusut.

Yang membuat saya menikmati ceritanya, dari sudut pandang pertama ketiga tokohnya pun ikut menyumbang rasa. Menyeret saya masuk dan ikut merasakan senang, bimbang, takut dan keresahan lainnya yang dialami si tokoh. Mungkin yang membuat bingung adalah kemiripan karakter ketiganya. Saya tidak menemukan yang membedakan antara ketiganya. Sudut pandang dan gaya menulis ini yang perlu dibenahi.

Plot yang digunakan penulis adalah plot maju. Jika pun harus ada kilas balik ke masa lalu, penulis menggunakan alternatif berupa narasi. Sehingga kilas balik ini tidak mengganggu kelanjutan cerita. Meski demikian, cara menggunakan narasi berimbas pada patahnya informasi masa lalu. Saya tidak menanggkap secara lengkap kejadian yang menimpa Gazha dan dua teman SMP-nya. PR lagi buat penulisnya.

Bicara karakter, saya kira tidak perlu dijabarkan. Sebab blurb di atas sudah bisa membantu pembaca untuk mengidentifikasi karakter ketiga tokoh utamanya. Pokoknya mereka tuh berandalan sekolah.

Bagian favorit.
Apa yang membuatnya berpikir boleh melakukan hal seperti itu? Siapa dia? Apa yang sudah dia berikan untuk Gwen sehingga bisa begitu marah bila dikecewakan? 

Part ini menceritakan tentang penyesalan Abbi setelah berlaku kasar pada pacarnya sendiri, Gwen. Hingga tampak luka di pergelangan tangan Gwen. Lengkapnya di halaman 88 - 90.

Petik-petik.
Pembaca akan diingatkan bahwa temen baik akan selalu berada di samping dalam kondisi apa pun. Bukan ketika seneng doang. Dan yang paling vokal dari keseluruhan cerita Tiga ini adalah adab-adab berteman. Benar kalimat blurb di atas. Persahabatan itu gampang utuh dan gampang runtuh. Makanya adab-adab berteman harus bisa diterapkan.

Contohnya, jangan menunggu teman peka terhadap masalah kita. Sebaiknya kita sendiri yang berinisiatif memberitahukan pada teman agar mereka tahu. Teman baik akan merespon positif terhadap kondisi demikian.

Cuplikan.
"Kalo yang namanya sahabat, nggak pakai kemarin atau sekarang. Tapi selamanya," tutur Kafka. -Tiga, 46.

Final. Rating.
Yang mau tahu sahabatan dengan nilai moral positif, silakan sikat kisah Gazha, Irgo dan Abbi dengan konflik masing-masingnya. Akhirnya rating yang saya kasih sebesar 3,5 dari 5.

Jawab ya!
Menurut kalian teman baik itu yang bagaimana?




0 komentar:

Posting Komentar