[Resensi] Something Like Fate - Susane Colasanti


Judul buku: Something Like Fate; Garis Takdir
Penulis: Susane Colasanti
Alih bahasa: Ersa Atika Sari
Editor: Ratna Kusumastuti
Terbit: Maret 2012
Penerbit: PT Elex Media
Tebal buku: vi + 358 halaman
ISBN: 9786020022680
Harga buku: Rp 53.800 (sebelum diskon, bukukita.com)

Lani dan Erin adalah sahabat sehidup semati. Mereka berbagi kisah masa kecil yang membuat mereka tak terpisahkan. Keduanya sama-sama mengagumi ramalan dan takdir. Persamaan mereka berdua hanya sampai di situ, selebihnya sifat mereka cukup berbeda. Lani seorang Taurus yang tak masalah jika harus melakukan segalanya sendiri, sementara Erin seorang Leo yang lebih suka bersosialisasi dan berkelompok.

Tetapi semua itu berubah ketika Erin memperkenalkan pacarnya –Jason, kepada Lani. Lani dan Jason seakan memiliki ikatan emosional walau mereka baru pertama kali bertemu, dan itu terlihat jelas karena Blake –sahabat Erin dan Lani, juga mengakuinya...

Review
Bukan ide cerita baru sebenarnya, namun novel ini terasa segar. Mengingat penulis memakai tokoh utama yang terkesan jahat karena menjalin asmara dengan pacar sahabatnya. Perasaan, jalan pikiran dan logika tokoh-tokohnya dimainkan dengan sangat maksimal sehingga pembaca ikut hanyut mengikuti jalan cerita. Meski ada tiga karakter sentral, saya hanya merasa Lani saja yang mendapat porsi besar. Berimbas pada perubahan kesan membaca saya, dimulai dari kesal terhadap Lani menjadi simpati. Penulis membuat pembaca memaklumi dengan posisi Lani. Ini berkaitan dengan masalah hati, masalah yang tidak bisa dikendalikan oleh keinginan saja.

Selain cerita mengenai ketiga anak manusia yang memperumit hubungan asmara-persahabatan, ada juga konflik mengenai penerimaan jati diri. Diwakili Blake yang menyembunyikan orintasi seksualnya dari sang ayah. Pada menjelang akhir buku, konflik ini muncul dengan sangat jelas dan memberikan jeda untuk konflik utama yang sudah muncul sejak awal buku.

Plot. Setting. Karakter.
Plot-nya menggunakan plot maju. Dimulai membahas kedekatan Lani dan Erin, kemudian masuk ke konflik utama -Lani menyukai Jason di belakang Erin, terakhir berupa penyelesaian efek konflik yang muncul. Ada sih satu bagian flashback mengenai awal munculnya perasaan berhutang budi Lani kepada Erin, namun rasanya tidak harus menyebut itu sebagai plot mundur.

Setting cerita mengambil di New Jersey. Lokasinya lebih banyak di rumah Lani dan di sekolah. Untuk musimnya berganti-ganti selama periode April – Oktober.

Karakter utamanya tentu saja Lani. Gadis yang mandiri, sangat peduli dengan sahabatnya, ramah, seorang pemimpin dan tentu saja pembohong yang payah. Ada Jason, pria yang romantis, pekerja keras, kocak dan cool. Lalu Erin jadi sosok yang mandiri, menyukai kegiatan sosial seperti perkemahan, pendendam, pemarah yang lebih banyak action-nya, dan lebih asyik dengan dunianya sendiri. Blake, cowok gay yang dewasa, humoris, sangat bersahabat dan cuek.

Pesan.
Lani sadar menyukai pacar sahabatnya adalah kekeliruan. Ia tidak kuasa mengendalikan perasaanya. Kemudian muncul kebohongan. Penyesalan tidak bisa dihindari. Sekali lagi, Lani mengabaikan nurani. Hasilnya ia mengalami kepahitan yang panjang dan untuk memperbaiki kerusakannya rasanya mustahil. Penulis mengingatkan pentingnya mendengarkan suara hati.

Catatan favorit.
Masalah besar yang kita hadapi setiap hari sesungguhnya adalah masalah kecil. Kita terfokus pada sesuatu yang mengganggu kita sehingga kita bahkan tak berusaha melihat kehidupan dari sudut pandang yang lebih jelas. [hal. 243]
Akhirnya,
Something Like Fate ini sangat cocok dibaca oleh pembaca yang menyukai kisah romantis dengan karakter muda. Karena berupa terjemahan, kisahnya sangat tidak drama alay. Untuk Something Like Fate saya memberikan 3 bintang dari 5 bintang.

[Resensi] Badut Oyen - Marisa Jaya, Dwi Ratih Ramadhany, Rizky Noviyanti; Teror Opini Yang Membunuh


Judul buku: Badut Oyen
Penulis: Marisa Jaya, Dwi Ratih Ramadhany, Rizky Noviyanti
Ilustrator: Staven Andersen
Editor: Anastasia Aemilia
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: April 2014
Tebal buku: 224 halaman
ISBN: 97860203499
Harga: Rp 49.000 (sebelum diskon, gramedia.com)

Kejahatan memiliki kesamaan dengan kebohongan. Kebohongan akan selalu diikuti oleh kebohongan yang lain. Kejahatan yang dilakukan akan diikuti kejahatan yang lain. Semua bermula dari ditemukannya tubuh Oyen yang tergantung di dalam kamar oleh Suparni. Suparni sendiri adalah teman kuliahnya yang sudah sangat membantu Oyen selama persiapan menjadi badut dan menjaga toko perlengkapan pesta. Oyen si badut yang dikenal baik, ramah, dan suka dengan anak-anak, tidak pernah terlintas di pikiran para tetangganya akan nekad bunuh diri. Kasak-kusuk kencang menyebut tewasnya Oyen bukan bunuh diri tapi dibunuh.

Tersangka utama adalah Syamsul, rentenir yang beberapa hari sebelum ditemukannya jasad Oyen pernah memukuli Oyen ketika menagih hutang. Beruntung pada saat itu Pak RT membantu sehingga Oyen baik-baik saja. Beberapa hari kemudian justru Syamsul ditemukan tewas mengenaskan. Dugaan orang-orang patah. Dan tanpa bisa dibendung rumor hantu badut Oyen menyebar menghantui lingkungan sekitar. Teror kehadiran hantu Oyen mulai meresahkan warga. Apalagi setelah ditemukan tubuh telanjang bocah bernama Rudi yang sebelumnya dikabarkan hilang sudah dua hari. Warga bertambah takut. Pak RT pun akhirnya melakukan rutial pengusiran hantu yang sebenarnya keputusan itu sangat bertentangan dengan nuraninya. Pak RT melakukan itu atas keputusan warga.

Siapakah sebenarnya hantu badut Oyen itu? Lalu siapa yang membunuh Oyen, Syamsul dan Rudi?

Ketiga penulis berhasil membuat saya bergidik selama membaca bagian teror hantu badut Oyen. Deskripsi mengenai kondisi rumah Oyen pasca meninggal, kehadiran hantu yang tiba-tiba, dan reaksi warga terhadap kemunculan hantu, dikemas dengan apik dan mampu membuat sensasi ketakutan. Pada awalnya, saya sudah menduga kalau Oyen dibunuh oleh si ‘dia’ (biar tidak spoiler). Ekspektasinya, saya ingin kasus pembunuhan ini terungkap ala detektif. Namun menjelang akhir, kemunculan hantu itu justru menodai cerita dengan telak. Apalagi penulis membuat drama untuk mengungkapkan psikologis si pembunuh.

Kejahatan yang dilakukan si ‘dia’, dipicu oleh hubungan yang memang tidak jelas. Sehingga harapan yang berujung salah paham memunculkan niat kejahatan. Nyatanya, kejahatan yang dilakukan akan dibuntuti kejahatan berikutnya untuk menutupi kejahatan sebelumnya. Kejahatan itu terus bergulir tidak berhenti sebelum terungkap. Pesan yang sangat gamlang yang disampaikan oleh penulisnya.

Pandangan orang terhadap satu objek bisa berubah drastis karena situasi. Oyen yang dikenal ramah dan baik akhirnya menjadi korban gunjingan sebagai tokoh jahat atas teror yang muncul. Lingkungan memang bisa membalik opini.

Dan kadang ketidakbenaran bisa menjadi benar ketika mayoritas yang memutuskan. Tercermin dari keputusan memanggil cenayang (menurut saya dukun) untuk mengusir hantu badut Oyen. Pak RT sendiri sadar jika memanggil cenayang adalah ketidakbenaran. Namun jika suara terbanyak mengatakan perlu, Pak RT mengabaikan nilai benar-salah. Bukan tidak mampu melawan keputusan tersebut, Pak RT sadar betul perannya untuk meredakan keresahan warganya.

Struktur cerita yang dibuka prolog ketika ditemukannya tubuh Oyen yang tergantung, cukup menyita perhatian saya. Dilanjutkan oleh flasback pada kehidupan sehari-hari Oyen dan Suparni. Lalu selanjutnya kisah mengalir pada teror-teror hantu badut Oyen. Struktur yang bagus untuk membuat pembaca betah dan bertanya-tanya kebenaran pada kasus badut Oyen.

Ending cerita yang disajikan ketiga penulis tidak mudah ditebak. Terutama mengenai detail bagaimana pembunuh melakukan kejahatannya. Penulis menahan sedikit mungkin petunjuk yang mengarah kepada pembunuh sejak dari awal-awal cerita. Dan saya terkesima pada ide pembunuhan itu yang baru diungkap penulis menjelang akhir buku.

Buku ini sangat saya rekomendasikan untuk yang menyukai cerita hantu dan cerita yang membuat bertanya-tanya. Sebab narasinya sangat menghanyutkan. Akhirnya, saya memberikan rating 3 bintang dari 5 bintang.

Wishful Wednesday: Sebaiknya Yang Suci Tetap Suci...


Selamat hari Rabu!!!
Selamat Wishful Wednesday!!!

Untuk pembaca buku yang seperti saya, yang tidak bisa dikatakan abege lagi, mulai melirik bacaan yang temanya pernikahan dan rumah tangga. Untuk sekedar mempelajari bagaimana hawa rumah tangga yang melibatkan peran suami-istri-anak. Dan beberapa kali membaca buku dengan tema pernikahan dan rumah tangga ternyata lebih memberi kesan dari pada membaca genre teenlit. Apa yang disampaikan penulis melalui tokoh-tokohnya, seperti pelajaran yang mungkin akan berguna kelak ketika memutuskan menikah dan berumah tangga.

Dan pada wishful wednesday kali ini, saya melirik buku tema pernikahan dan rumah tangga yang diterbitkan oleh penerbit Bhuana Ilmu Populer / BIP. 


Judul buku: Mozaik; Aku, Kamu, Kita, Selamanya
Penulis: Ita Susanto
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer
Tebal buku: 200 halaman
ISBN: 9786023941834
Harga buku: Rp 53.000

Kehidupan rumah tangga yang sudah mengunjak tahun kesepuluh membuat kolam cinta Nia kepada David, suaminya, mengering. Kemarau di hati Nia pada akhirnya dipenuhi oleh Kevin, teman masa kecil yang ternyata terobsesi padanya. Lelaki itu mampu membuat Nia merasa istimewa dan diinginkan. Cinta terlarangnya dengan Kevin pun membuat gairah Nia yang hampir padam menyala kembali. Namun, cinta keduanya akhirnya hanya membawa petaka bagi Nia maupun Kevin. kenikmatan sesaat itu akhirnya berbuah penyesalan.
Saya berharap bisa segera berjodoh dengan novel ini dan mencari tahu kisah kelam antara Nia-David-Kevin. Dan saya sangat berterima kasih kepada https://perpuskecil.wordpress.com/ yang menggagas wishful wednesday ini, sehingga saya bisa berharap dan berdoa berjodoh dengan buku-buku bagus.

Amin...

[Resensi] Diari Hara - Nana Sitompul; Memahami Miskin-Kaya


Judul buku: Diari Hara- Catatan Harian Cowok Cupu
Penulis: Nana Sitompul
Editor: Irna Permanasari
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Maret 2014
Tebal buku: 232 halaman
ISBN: 9786020302782
Harga buku: Rp 40.800 (sebelum diskon, gramedia.com)

Kalimat yang mengatakan “Masa SMA adalah masa terbaik, sangat menyenangkan dan tidak terlupakan” benar adanya. Saya pun turut setuju mengingat pengalaman sendiri pada saat SMA. Dan novel Diari Hara mengangkat kisah SMA yang berwarna-warni dari sudut pandang cowok bernama Hara yang baru saja naik ke kelas 3. Novel yang bergenre teenlit ini mengupas tuntas keseharian yang biasa dialami murid SMA.

Pada ajaran tahun baru, Hara yang pada hari pertama masuk sekolah tidak bisa hadir, harus menerima keadaan ia duduk dengan cewek bernama Diana Hayati. Di benak Hara, cewek bernama Diana ini akan secantik Putri Diana. Namun begitu melihat sosoknya, Hara hanya bisa menyebut cewek itu dengan sebutan ‘cewek aneh’. Penampilannya lusuh, tidak pakai kaos kaki. Di balik kekurangan itu, Hara harus mengakui kalau Nana-panggilan Diana- termasuk murid yang pintar. Beberapa kali Hara merasa beruntung setim belajar dengannya.

Suatu hari datanglah murid baru yang cantik bernama Sissy. Dan sejak hari pertama Sissy datang, Hara langsung jatuh hati. Kecantikan Sissy bukan hanya diakui Hara saja. Hara akhirnya harus berkompetisi dengan Ramon. Bagaimanakah hubungan Hara, Nana dan Sissy selanjutnya?

Mengingat genre novel ini, sudah bisa ditebak jalan ceritanya sangat ringan. Tidak jauh-jauh dari konflik percintaan SMA, persahabatan dan permusuhan. Setting-nya sendiri lebih banyak di sekolah. Dan bagaimana penulis bertutur dengan membentuk cerita menjadi tulisan diari yang ditulis Hara, menjadi keunikan sendiri. Bentuk demikian sama sekali tidak membuat saya merasa aneh dan janggal mengikuti ceritanya. Untuk ending-nya sendiri, saya merasa terhibur dan cukup bijak dengan keputusan penulis memberi akhir posisi Hara, Nana dan Sissy.

Karakter yang dihadirkan penulis meliputi Hara, Nana, Sissy, Ramon, dan peran pendukung lainnya, sudah sangat hidup. Pada awalnya, Hara punya stigma negatif terhadap orang miskin. Kesederhanaan yang diajarkan ayahnya semacam keluhan yang kerap ia resahkan. Seiring berjalannya waktu perkenalannya dengan Nana, Hara mulai mengerti arti miskin-kaya.

Nana, yang berasal dari keluarga biasa saja, harus berjuang lebih giat di sekolah. Ia sadar diri dengan kekurangannya sehingga ia membatasi pergaulan dengan orang kaya. Dia juga punya prasangka buruk terhadap orang kaya. Setelah mengenal Hara, Nana sadar jika tidak semua orang kaya itu sombong. Contohnya kedua orang tua Hara.

Sissy, yang kemudian menjadi pacar Hara, sering merasa cemburu melihat kedekatan Hara dan Nana. Ini sebenarnya salah Hara yang tidak memberi tahu jika Nana adalah guru les-nya. Salah paham pun muncul. Rasa cemburu itu kemudian terus membesar dan akhirnya hubungannya dengan Hara harus kandas.

Ramon, memiliki kisah tidak menyenangkan yang berkaitan dengan Hara, sehingga Ramon sangat membenci Hara. Dan kehadiran Sissy menjadi ajang buatnya untuk pamer kebisaan, kemampuan, kepada Hara. Apalagi sejak Ramon tahu kalau Hara juga mengejar Sissy.

Kover novelnya sudah bagus. Dengan latar putih dan ada sosok cowok yang mengenakan seragam dan menyandang tas, cukup mempresentasikan isi cerita. Tidak terlalu berlebihan.

Pesan yang coba disampaikan penulis adalah untuk tidak menilai orang dari kovernya. Tidak semua orang kaya itu sombong. Tidak semua orang miskin itu tidak memiliki harga diri. Jadi sebaiknya sebelum menilai orang lain, kenalilah terlebih dahulu.

Novel Diari Hara ini cocok dibaca oleh kalangan pelajar SMP-SMA. Banyak sekali nilai-nilai kebaikan yang bisa dipetik di dalamnya. Dan akhirnya saya memberikan rating 3 bintang dari 5 bintang.

Energi bisa habis untuk membenci. [hal.134]
Menangis itu hakikat manusia. [hal.141]

Kita baru merasa kehilangan seseorang ketika dia pergi. [hal.207]

[Resensi] Cahaya Mata - Agustina Ardhani Saroso; Cobalah Memaafkan dan Melupakan


Judul buku: Cahaya Mata
Penulis: Agustina Ardhani Saroso
Editor: Ariana
Desian cover: A'an
Layouter: Firi Raharjo
Pracetak: Endang
Penerbit: Berlian
Terbit: Desember 2013; cetakan pertama
Tebal buku: 144 halaman
Harga: Rp 30.000 (before discount, www.divapress-online.com)
ISBN: 9786022553885

Bercerita tentang apa novel Cahaya Mata?
Dua anak perempuan yang sudah bersahabat sejak kecil bertengkar ketika mereka study tour di Lembang. Pertengkaran itu membuat Dara terjatuh ke jurang sedalam 4 meter. Aira yang tidak sengaja mendorongnya, menyesal karena sudah membuat Dara menjadi buta. Aira memutuskan pindah dari Jakarta ke Malang, tinggal dengan tantenya. Kepindahan dalam rangka melarikan diri dari penyesalan yang kerap dirasakan. Sejak kecelakaan itu persahabatan Dara dan Aira terputus. Apakah persahabatan mereka akan kembali menyambung?

Apakah pesan yang dikandung novel Cahaya Mata?
Pesan yang disampaikan oleh penulis sudah sangat jelas tertulis di tagline novelnya; Cobalah memaafkan dan melupakan. Penulis menceritakan bagaimana proses memaafkan itu tidak mudah. Terutama bagi Dara, ia sulit melupakan kejadian naas hari itu hingga membuatnya buta. Ditambah untuk memaafkan Aira, pelakunya.

“Jika keterbatasan kamu dijadikan sebuah alasan untuk melakukan sesuatu, apakah adil jika hidupmu hanya membahas keterbatasanmu tanpa membahas keberhasilanmu?” [hal. 23]

Seperti apakah novel Cahaya Mata?
Novel Cahaya Mata menyasar pembaca remaja. Bisa dikatakan sebagai novel teenlit. Tema novel ini mengenai persahabatan dan keluarga. Setting yang digunakan lebih banyak di sekolah dan rumah. Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga yang secara bergantian antara beberapa tokoh yang muncul. POV demikian berhasil menyentuh emosi saya pada beberapa bagian.

Kirey terus memperhatikan gerakan Aira yang kesulitan untuk menghitamkan lembar jawabannya. Sekali lagi, Kirey turun tangan. Ia pun dengan inisiatifnya sendiri menghampiri guru penjaga ujian dan memintanya membantu menghitamkan kertas jawaban untuk Aira setelah sebelumnya menjelaskan penyakit temannya itu.

Teman-teman lain yang melihat hal itu menjadi sangat sedih. Bahkan, ada beberapa dari mereka yang menangis. Namun Aira hanya tersenyum kepada mereka. Hatinya ingin sekali berbicara kepada mereka dan mengatakan bahwa ia baik-baik saja. [hal. 88]

Kelebihan novel ini tidak menampilkan adegan bully yang biasanya ditunjukkan terhadap karakter yang cacat. Penulis fokus memperlihatkan bagaimana indahnya persahabatan meski pernah mengalami pertengkaran dan kemarahan hebat.

Penulis juga berhasil membentuk karater yang hidup. Aira; gadis yang tegar, tidak mau merepotkan orang lain, lincah, berhati baik dan bertanggung jawab. Dara; gadis yang pemaaf. Karakter pendukungnya pun sangat membantu membentuk karakter utama lebih menonjol. Ada papa dan mamanya Aira yang sangat menyayangi dan membantu Aira ketika kesehatannya menurun. Ada papa dan mamanya Dara yang karena faktor sayang hingga sangat marah ketika kecelakaan itu terjadi. Ada Mbak Yuni, suster Aira, yang selalu siap membantu Aira yang mulai terbatas beraktifitas. Ada Kirey, sahabat baru Aira di Malang, yang begitu solid bersahabat meski sering dibuat repot oleh Aira.

Pembaca juga diberikan pengetahuan baru mengenai penyakit yang dialami Aira; Ataxia. Penyakit yang menyerang otak kecil dan tulang belakang dan menyebabkan gangguan pada syaraf motorik. Penderita akan kehilangan kendali terhadap syaraf-syaraf motoriknya secara bertahap dan makin lama kondisi fisiknya akan makin parah [sumber: wikipedia]

Selama membaca novel Cahaya Mata ini, saya juga menemukan beberapa kekeliruan editing:

Menghelta – seharusnya menghela; typo (hal. 45)
Akhir-akhir – seharusnya Akhir-akhir ini; bentuk kalimat kurang tepat (hal. 48)
Matahari hari pagi ini – seharusnya Matahari pagi ini; kalimat salah (hal. 60)

Menilai sampulnya, saya kurang menyukai dengan latar warna hitam. Mungkin pemilihan warna hitam tersebut untuk mempresentasikan mengenai kebutaan Dara. Pendapat saya, biar pun ada unsur cerita mengenai kebutaan, seharusnya pemilihan warna tidak segelap itu mengingat genre novelnya teenlit. Warna cerah seperti hijau, biru langit atau orange, dengan dipadukan gambar kartun kursi roda dan tongkat pemandu orang buta, akan lebih membuat kover novel ini memikat calon pembaca.

Terakhir, saya memberikan 3 bintang dari 5 bintang. Alasannya, cerita yang dituturkan penulis sangat sederhana dan menyentuh. Tidak terkesan dramatis, apalagi terkesan alay.

Wishful Wednesday: Memahami Penulis Bernama Rina


Selamat hari Rabu!!
Selamat wishful wednesday!!

Walaupun saya kerap ketinggalan mengikuti wishful wednesday yang digagas https://perpuskecil.wordpress.com/ , saya tetap mengikuti meski bolong-bolong. Dan kesempatan kali ini saya berharap bisa mengkoleksi karya penulis Rina Suryakusuma.

Setelah kemarin saya menyelesaikan buku Mbak Rina yang judulnya Just Another Birthday, saya kepincut untuk mengkoleksi karyanya. Hasil browsing di gramedia.com, saya berharap bisa segera mengkoleksi karya Mbak Rina seperti gambar di bawah ini:


Dari keenam judul buku tadi, satu yang sudah saya miliki yaitu Gravity. Dan saya berharap bisa segera mengkoleksi buku-buku di atas. Amin.

[Resensi] Just Another Birthday - Rina Suryakusuma, Menjadi Tidak Sekedar Perempuan


Judul: Just Another Birthday
Penulis: Rina Suryakusuma
Desain cover: Marcel A. W.
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: November 2013
Tebal buku: 248 hlm; 20 cm
Harga:Rp 48.000 (before discount, gramedia.com)
ISBN: 9789792299489

Sarah, single mom dari satu anak TK yang kritis dan suka bertanya segala hal, mulai dari pertanyaan sederhana seperti – Kenapa kita ulang tahun cuma satu tahun sekali, Ma? – sampai pertanyaan yang tidak bisa dijawab macam, “Mama, di mana Papa?”.

Pada usianya yang masih 20-an, Sarah belajar dengan cara sulit bahwa hidup ini tidak seindah dongeng. Tak ada yang namanya Prince Charming. Namun ketika bertemu dengan Jeremy, Sarah berpikir segalanya mungkin hingga ayah dari putrinya kembali ke dalam hidupnya.

Ketika kebahagiaan nyaris dalam genggaman, Sarah dihadapkan pada batu ujian hidup... terutama ketika dia harus kehilangan orang yang terpenting dalam hidupnya.

***

Review.
Sebelumnya saya gagal menuntaskan novel Gravity karya Mbak Rina Suryakusuma lantaran novelnya tergolong tebal. Pada paruh buku, saya memang menyukai bagaimana penulis bercerita dengan diksi yang terbilang standar. Dibilang sederhana, tidak, njelimet pun tidak. Saya bisa menikmati. Alasan ketebalanlah yang akhirnya membuat saya menutup kembali novelnya.

Novel Just Another Birthday ini merupakan salah satu karya Mbak Rina yang akhirnya selesai saya lahap dalam hitungan 3 hari. Untuk ukuran novel dengan halaman 200-an, 3 hari jadi waktu yang lama.

Novel Just Another Birthday atau JAB, saya katakan sebagai novel yang menggabungkan unsur percintaan, keluarga dan agama. Penulis meramu unsur tadi melalui tokoh utama bernama Christina Sarah yang merupakan single mom dari seorang anak perempuan berumur 4 tahun bernama Cassie. 4 bab pertama membuat saya penasaran bagaimana bisa Sarah yang masih berusia 24 tahun sudah menyandang status single mom dan memiliki seorang putri. Yang memperkuat penasaran saya, penulis tidak menyebut kata ‘Janda’. Barulah di bab 5, penulis mendeskripsikan kilas balik masa kelam seorang Sarah.

Unsur percintaan; Penulis mencoba memberikan hawa yang romantis dari seorang perempuan yang sudah memantapkan diri untuk menghindari hubungan dengan pria, menghindari jatuh hati sekaligus sakit hati, ketika Sarah dipertemukan secara intens dengan sosok atasannya, Jeremy. Jujur, awalnya saya sedikit kurang sreg dengan awal mula Jeremy mendekati Sarah yang menurut saya sangat tiba-tiba sekali. Padahal mereka bekerja di tempat yang sama bukan hitungan baru. Namun penulis memberikan jawabannya di akhir novel dan itu bisa membuat saya maklum. Sisi percintaan Sarah dengan Jeremy seperti permen asem manis. Di satu sisi mereka bisa sangat romantis. Di sisi lainnya membuat pembaca merasa simpati. Konflik puncak namun eksekusi yang singkat adalah ketika ayah kandung Cassie hadir. Momen ini membuat Jeremy kalah duluan. Kekalahan Jeremy membuat Sarah tersungkur.

Unsur keluarga; Penulis menggambarkan dengan baik sosok wonder women yang kuat, seorang Sarah yang single mom. Ketegaran Sarah membesarkan anaknya sangat membuat saya merasa harus berterima kasih pada Mimih (Ibu). Melalui hubungan ibu-anak; Sarah dan Cassie, pembaca dibukakan mata bahwa banyak sekali pengorbanan, kasih sayang, memprioritaskan, dari sosok ibu.

Unsur agama; Mungkin unsur agama yang ditampilkan di novel JAB ini porsinya tidak begitu banyak. Yang sedikit inilah justru membuat saya pribadi sangat tertohok diingatkan. Selain pandangan mengenai aborsi, penulis menyinggung mengenai kedudukan berdoa. Dikatakan, bahwa berdoa akan membuat harapan tetap hidup.

Memperhatikan kover novelnya, dengan dominasi warna kuning hangat dan sebuah cake, memang mempresentasikan kehangatan, keromantisan dan cinta yang menyenangkan. Menarik. Namun, boleh dong jika saya memberikan pilihan kover sesuai imajinasi saya. Lebih menarik jika kover menampilkan salah satu pojok rumah yang lantainya dialasi karpet bulu, banyak boneka dan di salah satu dinding bercat biru langit terpasang bingkai foto Sarah dan Cassie. Lebih menonjolkan karakter utama di novelnya.

Plot. Gaya menulis. POV. Karakter.
JAB mengusung plot maju. Ada beberapa bagian kilas balik yang diceritakan dengan pendeskripsian. Tidak merubah fokus penulis bercerita dan pilihannya membuat aman pada garis besar cerita. Sedangkan kemampuan penulis merangkai kata sangat lancar. Apakah menghanyutkan? Menurut saya tidak. Saya tidak paham alasannya. Namun saya mengukur dari durasi saya menyelesaikan membaca JAB ini, dan hasilnya butuh beberapa hari.

Mbak Rina juga menggunakan POV sudut pandang pertama ;Aku. Menghasilkan emosi yang lebih masuk kepada pembaca. Untuk karakter yang muncul di JAB ini, tidak ada yang menjadi favorit saya. Sarah; sosok perempuan yang kuat, membatasi diri dengan yang namanya cinta, penyayang anak. Jeremy; pria yang dewasa, bijaksana, tegas. Cassie; anak yang lucu, polos, blak-blakan.

Petik-petik.
Banyak sekali pesan yang coba disampaikan penulis. Yang paling saya tangkap adalah berpikirlah positif terhadap banyak keadaan. Sebab banyak hal yang terjadi di luar keinginan kita, namun itu yang paling baik untuk kita. Ini diterangkan ketika Mamanya Sarah yang sakit-sakitan namun beliau merahasiakannya dari Sarah.

Final. Rating.
JAB ini sangat saya rekomendasikan untuk semua perempuan. Sebab terdapat banyak pelajaran menjadi sosok perempuan kuat. Akhirnya saya memberikan rating 3 bintang dari 5 bintang.

Penulis.                                          
Sebagai ibu rumah tangga dan pekerja penuh waktu di perusahaan property & developer yang sudah seperti rumah keduanya, Rina menikmati kehidupannya yang damai bersama suami dan dua anaknya di Jakarta. Ia bersyukur atas talenta menulis yang dipercayakan Tuhan baginya.

Ia berusaha supaya segala karya yang diuntai saat malam tiba, dengan diiringi lagu yang mengalun dari speaker laptop, adalah untuk kemuliaanNya semata. Kopi, snowglobe, vintage, buku dan film adalah beberapa hal acak sederhana yang dapat membuatnya bahagia.

Twitter ID: @rinasuryakusuma

Email: rinasuryakusuma@gmail.com