[Resensi] Something Like Fate - Susane Colasanti


Judul buku: Something Like Fate; Garis Takdir
Penulis: Susane Colasanti
Alih bahasa: Ersa Atika Sari
Editor: Ratna Kusumastuti
Terbit: Maret 2012
Penerbit: PT Elex Media
Tebal buku: vi + 358 halaman
ISBN: 9786020022680
Harga buku: Rp 53.800 (sebelum diskon, bukukita.com)

Lani dan Erin adalah sahabat sehidup semati. Mereka berbagi kisah masa kecil yang membuat mereka tak terpisahkan. Keduanya sama-sama mengagumi ramalan dan takdir. Persamaan mereka berdua hanya sampai di situ, selebihnya sifat mereka cukup berbeda. Lani seorang Taurus yang tak masalah jika harus melakukan segalanya sendiri, sementara Erin seorang Leo yang lebih suka bersosialisasi dan berkelompok.

Tetapi semua itu berubah ketika Erin memperkenalkan pacarnya –Jason, kepada Lani. Lani dan Jason seakan memiliki ikatan emosional walau mereka baru pertama kali bertemu, dan itu terlihat jelas karena Blake –sahabat Erin dan Lani, juga mengakuinya...

Review
Bukan ide cerita baru sebenarnya, namun novel ini terasa segar. Mengingat penulis memakai tokoh utama yang terkesan jahat karena menjalin asmara dengan pacar sahabatnya. Perasaan, jalan pikiran dan logika tokoh-tokohnya dimainkan dengan sangat maksimal sehingga pembaca ikut hanyut mengikuti jalan cerita. Meski ada tiga karakter sentral, saya hanya merasa Lani saja yang mendapat porsi besar. Berimbas pada perubahan kesan membaca saya, dimulai dari kesal terhadap Lani menjadi simpati. Penulis membuat pembaca memaklumi dengan posisi Lani. Ini berkaitan dengan masalah hati, masalah yang tidak bisa dikendalikan oleh keinginan saja.

Selain cerita mengenai ketiga anak manusia yang memperumit hubungan asmara-persahabatan, ada juga konflik mengenai penerimaan jati diri. Diwakili Blake yang menyembunyikan orintasi seksualnya dari sang ayah. Pada menjelang akhir buku, konflik ini muncul dengan sangat jelas dan memberikan jeda untuk konflik utama yang sudah muncul sejak awal buku.

Plot. Setting. Karakter.
Plot-nya menggunakan plot maju. Dimulai membahas kedekatan Lani dan Erin, kemudian masuk ke konflik utama -Lani menyukai Jason di belakang Erin, terakhir berupa penyelesaian efek konflik yang muncul. Ada sih satu bagian flashback mengenai awal munculnya perasaan berhutang budi Lani kepada Erin, namun rasanya tidak harus menyebut itu sebagai plot mundur.

Setting cerita mengambil di New Jersey. Lokasinya lebih banyak di rumah Lani dan di sekolah. Untuk musimnya berganti-ganti selama periode April – Oktober.

Karakter utamanya tentu saja Lani. Gadis yang mandiri, sangat peduli dengan sahabatnya, ramah, seorang pemimpin dan tentu saja pembohong yang payah. Ada Jason, pria yang romantis, pekerja keras, kocak dan cool. Lalu Erin jadi sosok yang mandiri, menyukai kegiatan sosial seperti perkemahan, pendendam, pemarah yang lebih banyak action-nya, dan lebih asyik dengan dunianya sendiri. Blake, cowok gay yang dewasa, humoris, sangat bersahabat dan cuek.

Pesan.
Lani sadar menyukai pacar sahabatnya adalah kekeliruan. Ia tidak kuasa mengendalikan perasaanya. Kemudian muncul kebohongan. Penyesalan tidak bisa dihindari. Sekali lagi, Lani mengabaikan nurani. Hasilnya ia mengalami kepahitan yang panjang dan untuk memperbaiki kerusakannya rasanya mustahil. Penulis mengingatkan pentingnya mendengarkan suara hati.

Catatan favorit.
Masalah besar yang kita hadapi setiap hari sesungguhnya adalah masalah kecil. Kita terfokus pada sesuatu yang mengganggu kita sehingga kita bahkan tak berusaha melihat kehidupan dari sudut pandang yang lebih jelas. [hal. 243]
Akhirnya,
Something Like Fate ini sangat cocok dibaca oleh pembaca yang menyukai kisah romantis dengan karakter muda. Karena berupa terjemahan, kisahnya sangat tidak drama alay. Untuk Something Like Fate saya memberikan 3 bintang dari 5 bintang.

2 komentar:

  1. aah aku slalu gregetan din, klo ada cerita 2 sahabat cewe, pas 1 punya pasangan ehhh sahabatnya main belakang..itumah sungguh terlalu kalo kata bang haji roma xixix

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Istilahnya 'Nikung'. Kejam dan keji. Tapi, baca ajalah, hehe

      Hapus