[Giveaway] Sajak Rindu, S. Gegge Mappangewa


Giveaway dimulai tanggal 30 Januari 2017 : 00.01


Sesuai jadwal di atas, sekarang giliran blog saya yang mengadakan giveaway. Akan ada 1 eksemplar buku Sajak Rindu karya S. Gegge Mappangewa yang akan saya kirimkan untuk 1 pemenang. 

Silakan kalian intip dahulu resensi bukunya. Dan silakan membayangkan seseru apa sih buku Sajak Rindu ini sampai saya ganjar dengan rating 4/5.


Nah, yang mau ikutan giveaway silakan ikuti aturannya.

  • Memiliki alamat kirim di Indonesia.
  • Follow twitter @Penerbitindiva, fanpage Indivamedia Kreasi, Instagram Penerbitindiva
  • Follow twitter saya @adindilla dan penulisnya @GeggeMappangewa, untuk konfirmasi pemenang
  • Share di twitter informasi giveaway ini dengan hashtag #SajakRinduGegge dan mention @adindilla, @GeggeMappangewa, @Penerbitindiva
  • Tulis di komentar dengan format nama, akun twitter, dan link share.
  • Giveaway berlangsung tanggal 30 Januari - 3 Februari 2017. Pemenang diumumkan tanggal 4 Februari 2017.

Selamat berjuang ya! Jangan lupa berdoa semoga kamu yang menang di giveaway kesempatan kali ini!


[ UPDATE PEMENANG]

Giveaway #SajakRinduGegge sudah berakhir pas jam 00.01 tanggal 04 Februari 2017. Saya menghitung ada 41 peserta yang ikutan. Terbilang banyak untuk blog saya ini. Saya sangat senang dengan keikutsertaan kalian, terima kasih banyak. 😃

Selanjutnya, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Mbak Asri dan Mbak Rizky yang sudah menghubungi saya untuk ikut serta pada kesempatan blog tour ini. Dan mohon maaf jika selama blog tour ini masih banyak kekurangan.

Terima kasih juga kepada penulis S. Gegge Mappangewa dan Penerbit Indiva yang sudah membuka kesempatan diadakannya blog tour ini.

Tanpa berlama-lama lagi, inilah pemenang untuk giveaway #SajakRinduGegge :

Jeng!

Jeng!

Jeng!


Pemenang dipilih dengan menggunakan random.org

Kepada pemenang, silakan kirim data diri kamu dengan format: Nama - Alamat Pengiriman - No. Telepon ke DM akun twitter saya, atau melalui email ke hapudincreative(at)gmail(dot)com

Dan jangan lupa untuk yang belum beruntung, giveaway akan berpindah ke blognya Mbak Rizky di sini!


[Buku] Sajak Rindu, S. Gegge Mappangewa

Judul: Sajak Rindu
Penulis: S. Gegge Mappangewa
Penyunting bahasa: Muridatun Ni'mah
Desain isi: Rudy Setiawan
Desain sampul: Andhi Rasydan
Ilustrator: Naafi Nur Rohma
Penerbit: Penerbit Indiva
Terbit: Desember 2016, cetakan pertama
Tebal buku: 296 halaman
ISBN: 9786026334084
Harga: Rp58.000 


Blurb.
Vito namanya. Ia tinggal di Pakka Salo bersama mama dan kakeknya. Di usianya yang menjelang ketiga belas tahun, rasa rindu itu membuncah meminta dituntaskan. Kerinduan pada ayah dan Vino, adik kembarnya. Ada banyak sekali pertanyaan tentang keluarganya. Dan selama ini mama dan kakek memilih menyimpan kenyataan itu. Sebenarnya ada masa lalu apa hingga Vito dan Vino dipisahkan?

Ide cerita.
Gegge mencoba menghadirkan rasa buku cerita yang saya baca ketika SD dan SMP. Cerita anak usia menjelang balig dengan banyak kisah dan petualangan. Gegge menggabungkan nilai lokal masyarakat Bugis, kebudayaannya, dan ajaran agama islam. Sehingga novel ini mengajak saya untuk piknik ke daerah Pakka Salo.

Pakka Salo merupakan tempat yang berada di Sulawesi. Digambarkan sebagai lokasi yang masih tertinggal dan alami. Latar tempat sebuah desa membentuk satu gambaran kesederhanaan. Jujur, saya banyak bernostalgia dengan kegiatan yang dilakukan murid-murid di cerita ini, dan itu membuat saya merasa hangat sepanjang membacanya. Soalnya, saya juga besar di sebuah desa yang masih sering berkabut.

Pemilihan tokoh kembar yang dipakai Gegge untuk ceritanya, tidak mengikuti arus yang sudah dipakai penulis. Bukan persaingan atau kekompakan. Melainkan hubungan saudara yang dipisahkan dan akhirnya mereka menyimpan kerinduan. Lalu apakah kerinduan itu akan tuntas dibayar? Baca saja bukunya. Saya hanya bisa mengatakan, konflik yang dipilih Gegge sangat sederhana, sangat mengharukan, sangat menyedihkan, tapi itulah yang disebut kehidupan.

POV. Plot. Karakter. Opini.
Gegge menggunakan teknik Sudut Pandang Ketiga dengan menjalankan alur cerita campuran. Alur maju lebih fokus pada perjalanan Vito dalam kesehariannya dan perjuangannya menuntaskan rasa rindu. Sedangkan alur mundur akan membawa pembaca pada kisah roman Mamanya Vito, Halimah. Dan saya beri bocoran sedikit ya, romannya sangat kompleks. Sebab menyentuh kisah cinta beda agama juga.

Karakter utama buku Sajak Rindu ini adalah Vito. Ia anak tiga belas tahun yang masih SMP. Pandai bercerita, jago memanjat pohon, bertanggung jawab, dan sedikit nakal. Nakalnya itu mungkin akibat sangat kreatifnya. Bayangkan saja, demi tidak masuk sekolah ia mengarang alasan kakeknya meninggal. Dan gara-gara alasan ini ia harus didiamkan oleh Pak Amin, salah satu gurunya di sekolah.

Ada Kakeknya Vito yang selalu siap membela Vito dari Mamanya yang kerap memukul sebab kenakalan yang diperbuatnya. Ia kakek yang penyayang. Sempat dijelaskan sedikit, rasa sayang itu muncul sebagai penyembuh akibat rasa sakit yang sempat ia terima pada masa lalu. Lalu, ada Mamanya Vito. Ia ibu yang bijak. Soal rasa sayang, ibu mana yang tidak sayang sama anaknya. Apalagi setelah Mamanya Vito dipisahkan dari anaknya yang lain, Vino.

Yang paling mencolok dari tokoh sampingan ada dua. Pak Amin, guru di SMP yang wawasannya luas, bijaksana, ilmu agamanya cukup mumpuni, dan tentu saja memahami psikologis murid-muridnya. Saya kira untuk pembaca buku yang profesinya guru, perlu membaca buku ini dan mengambil jalan pikiran Pak Amin ini untuk proses mengajar dan mendidik murid. Ada Irfan, temannya Vito. Dia mendapatkan posisi yang mencolok akibat satu peristiwa yang kemudian membuatnya punya penilaian berbeda tentang cita-cita.

Tokoh sampingan lainnya masih banyak, ada teman-teman sekolah Vito, ada Ibu guru Maulindah, Pak Saleng, dan masih banyak lainnya.

Setelah membaca kisah Vito ini, yang akhirnya menemukan perjumpaan yang ia inginkan, saya berharap ada buku lagi yang mengambil sudut pandang Vino. Sebab, saya yakin Vino memiliki jalan cerita yang sama bagusnya, yang sama mengharukannya. Sebab Vito dan Vino bisa dikatakan korban dari orang tua yang berpisah. Dan kehadiran kisah Vino akan melengkapi kisah hidup si kembar.

Adegan favorit.
Ada di bab 6; Diam Itu Emas (hal.48 – 56). Setelah kebohongan yang dilakukan Vito dengan membawa kabar jika kakeknya meninggal dan membuat perkemahan menjadi kacau, Pak Amin mendiamkannya. Vito merasa bersalah. Tapi, dia bingung bagaimana cara untuk meminta maaf kepada Pak Amin. Satu kejadian membuat Vito menghukum dirinya sendiri. Ia lari mengelilingi lapangan, ia memanjat tembok setinggi tiga meter dan melempari kelapa di pohon. Adegannya sangat dramatikal dan menyentuh. Saya disadarkan pentingnya menyadari kesalahan untuk melapangkan hidup dan mendamaikan hati.

“Biarin! Saya akan tetap melempar sampai Pak Amin menganggap ini adalah hukuman atletik yang setimpal untukku,” ucap Vito di antara nafasnya yang tersengal sambil terus melempar. (Hal.53)
Petik-petik.
Buku ini memiliki banyak sekali pesan, utamanya untuk anak remaja. Saya akan coba menjabarkan sebagian saja. Lengkapnya, sebaiknya silakan baca bukunya saja.

  • Sebagai umat islam, pnting menghindari banyak syirik yang bentuknya sudah sangat samar. Seperti kebudayaan yang ada di masyarakat, terkadang sudah dicampur dengan kegiatan syirik tersebut.
  • Beranilah untuk bermimpi dan mulailah untuk berjuang. Pada kisah ini diceritakan melalui tokoh Ibu Maulindah yang merupakan satu-satunya perempuan sarjana di Pakka Salo. Ibu Maulindah juga akhirnya terbang ke Jepang untuk meneruskan S2-nya.
  • Berusahalah menjadi orang yang jujur. Sebab kejujuran akan membawa kemujuran.

Petikan.
  • Aku berpesan kepada tiga golongan: kepada raja, hakim, dan pelayan masyarakat. Jangan sekali-kali engkau meremehkan kejujuran itu. Berlaku jujurlah serta peliharalah tutur katamu, engkau harus tegas. Sebab kejujuran dan tutur kata yang baik itu memanjangkan usia. Oleh karena takkan mati kejujuran itu, takkan runtuh yang datar, takkan putus yang kendur, takkan patah yang lentur. (Hal. 88)
  • Orang yang paling kerdil adalah orang yang tak punya cita-cita. (hal. 116)
  • Orang yang pesimis tak akan pernah bisa berhasil. Sementara orang yang optimis, meskipun itu optimis dengan mimpi yang semua orang menganggapnya aneh, suatu saat akan berhasil. Kalaupun gagal, apa salahnya? Daripada tak pernah mencoba? (Hal. 116)
  • Hati-hati dengan syirik! Allah adalah sebaik-baik tempat meminta pertolongan. (Hal. 129)
  • Manusia hanya dianggap manusia jika dia menepati kata-kata yang telah diucapkannya. (Hal. 153)

Final. Rating.
Buku ini menyimpan banyak kenangan bagi pembaca yang tumbuh di pedesaan. Dan akan menghadirkan pengalaman piknik ke pedesaan bagi pembaca yang berasal dari perkotaan. Nilai-nilai yang dikandungnya sangat pas diajarkan kepada anak remaja sebagai pelajaran pembentuk karakter.
Akhirnya, buku Sajak Rindu karya S. Gegge Mappangewa saya berikan rating 4/5.


Lain-lain.
Kovernya yang begitu gelap dengan menghadirkan sosok anak laki-laki yang menghadap ke arah bulan, tidak begitu memikat. Saya kira sebaiknya dipilihkan warna yang lebih dinamis, mengingat karakter utamanya adalah anak remaja. Perlu menunjukkan sisi remaja yang masih bergejolak baik dari warna maupun objek untuk kovernya.

Saya juga menemukan typo. Tapi, jumlahnya yang tidak banyak, buat saya tidak mempengaruhi proses membaca. Misalnya, Pusekesmas = Puskesmas (hal. 63).

Buku Sajak Rindu juga menyisipkan banyak sekali kebudayaan masyarakat Bugis. Misalnya, upacara pernikahan, cerita-cerita mistik, cerita sejarah masa lalu, dan pengetahuan. Misalnya, di halaman 141 diuraikan mengenai jenis hama Kepik Hitam.

*******
[ Untuk kalian yang ingin membaca buku ini juga, jangan lupa ikutan giveawaynya ya. Ada 1 eksemplar buku Sajak Rindu karya S. Gegge Mappangewa yang akan saya kirimkan buat kamu yang menang. ]

[Wishful Wednesday] Conceited Heart's Cry, Ayuko


Yuri cantik dan angkuh. Baginya, tak ada cowok ideal yang sesuai untuk dirinya. Sampai dia bertemu Ayakura, cowok anggota klub kendo yang berwajah tampan, berotak encer, dan jago beladiri. Tapi di luar dugaam, Yuri malah mendapat perlakuan dingin dari Ayakura...

Inilah perjalanan cinta sang gadis cantik tetapi angkuh, yang penuh drama.


Yuri yang akhirnya menyadari bahwa dirinya benar-benar menyukai Ayakura, memtuskan untuk serius mendekati Ayakura. Tapi, Ayakura sepertinya lebih memihak dan memperhatikan Aoi, teman kecilnya...! apakah yuri akan berhasil menarik hati Ayakura?

Inilah kisah cinta sang gadis cantik yang angkuh jilid terakhir!

Judul: Conceited Heart's Cry 
Penulis: Ayuko
Penerbit: Elex Media Komputindo
Terbit: Januari 2017
Tebal buku: 184 halaman 
ISBN: 9786020299334 (1) - 9786020299341 (2)
Harga: Rp22.500 (sebelum diskon, via gramedia.com)

*******
Untuk memperluas jenis bacaan, saya memang lebih suka memilih komik. Selain ketebalannya yang tipis, mengikuti cerita komik tidak diperlukan konsentrasi yang berat. Dan keberadaan komik di daftar bacaan saya, semacam jeda saja.

Conceited Heart's Cry memiliki cerita roman yang manis. Kisah gadis angkuh yang mengejar pemuda idamannya. Namun, biasanya cerita akan lebih berat ketika kita membaca keseluruhan. Roman yang tampak di cuplikan cerita tidak mewakili apa pun.

Yang menarik minat saya, kover komik bagian satu dengan bagian dua menampilkan mimik muka yang berbeda. Di kover bagian satu, saya melihat mimik sedih dan getir. Mungkin, ini mungkin ya, Yuri menanggung beban berat dengan perasaannya terhadap Ayakura. Sebab kecantikan yang dimiliki tidak serta merta menarik perhatian pemuda itu.

Lalu, pada komik bagian dua, terlihat mimik tersenyum. Mungkin, sekali lagi mungkin ya, Yuri mendapatkan ending yang baik untuk perjuangannya mendapatkan perhatian Ayakura. Entah ada drama-drama apa di komik ini. Tapi saya sangat penasaran sekali dengan ceritanya. Mungkin akan saya cadangkan dana untuk beli komik ini di bulan Februari nanti.

Buku apa yang ingin kalian punya minggu ini?

Untuk membuat pos serupa, silakan ikuti aturan mainnya dengan mengintip blog PerpusKecil.

 

[Buku] Puya Ke Puya, Faisal Oddang

Judul: Puya Ke Puya
Penulis: Faisal Oddang
Penyunting: Christina M. Udiani
Ilustrasi: Pramoe Aga
Perancang sampul: Teguh Erdyan
Penata letak: Dadang Kusmana
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia 
Terbit: 2015
Tebal buku: xii + 218 halaman
ISBN: 9789799109507
Harga: Rp50.000 

Penilaian bagus terhadap novel Puya Ke Puya ini, sudah saya tahu dari lama. Selain membawa rasa lokal, masyarakat Toraja, novel ini menggali banyak sisi kehidupan. Berangkat dari kematian Rante Ralla yang mengharuskan anak sulungnya, Allu Ralla, menggelar upacara kematian, cerita digiring ke berbagai lini. Puya sendiri maknanya alam tempat menemui Tuhan (hal.3).

Upacara kematian atau yang disebut Rambu Solo, bisa menelan ratusan juta untuk melaksanakannya. Allu Ralla yang seorang mahasiswa, mempunyai pikiran yang lebih terbuka. Apakah adat harus membebani? Pertanyaan ini yang akhirnya memutuskan Allu untuk tidak menggelar perayaan rambu solo.

Pikirannya itu ditentang oleh pamannya. Kegigihan melawan adat yang membebani kalah oleh cinta pertama. Allu yang didesak menikahi Malena, menelan semua idealismenya. Ia menjual tanah warisan, ia mencuri jasad bayi, dan ia menjadi pemuda yang berbeda. Selain konflik yang disulut upcara rambu solo, Puya Ke Puya menambahkan konflik besar tentang penambangan nikel yang dilakukan di Toraja.

Saya sangat puas dengan eksekusi cerita yang dilakukan penulis. Ia membuat semua ketegangan yang disusun pada awal cerita, luruh di akhir. Proses menebarkan banyak masalah yang dikuliti di awal cerita, membuat saya sendiri sangat penasaran akan ada kejadian apa lagi. Misalnya, kasus pembunuhan Rante Ralla. Awalnya saya sangat penasaran dengan pelaku dan motifnya. Penyelesaian yang dilakukan Faisal sungguh menjawab. Tapi tidak sampai disitu saja. Berikutnya, bagaimana perasaan keluarga Rante Ralla, Allu Ralla dan Tina Ralla? Ini jadi klimaks tersendiri dan itu mendebarkan. Masih banyak konflik lainnya yang lebih seru.

Puya Ke Puya menggunakan sudut pandang yang berbeda. Faisal mengombinasikan sudut pandang roh leluhur, Rante Ralla, Allu Ralla, dan Maria Ralla. Yang patut diapresiasi adalah ide membuat perpindahan sudut pandang yang tidak ribet. Penulis mengakali dengan tanda bintang yang konsisten menunjukkan itu jatah sudut pandang siapa. Tanda bintang satu (*) untuk Rante Ralla, tanda bintang dua (**) untuk Allu Ralla, dan tanda bintang tiga (***) untuk Maria Ralla.

Untuk plot sendiri, Puya Ke Puya memakai plot campuran. Dominan masa lalu, berupa kilas balik masing-masing tokoh. Keuntungannya, pembaca dibuat penasaran dengan awal cerita, dan diberikan jawaban sepanjang perjalanan membaca hingga akhir.

Penokohan sendiri sangat kuat. Sebagai pemilik sudut pandang (Rante Ralla, Allu Ralla, Maria Ralla) sudah dikemas apik. Rante Ralla sebagai sosok ayah, diperlihatkan jalan pikirannya yang bijak, meski pun beberapa sisi ada bagian yang kolot. Allu Ralla sebagai pemuda berpendidikan dan masih muda mengalami banyak gejolak. Bisa dikatakan ia sosok yang labil dan itu dimaklumi karena dipengaruhi banyak faktor di sisi luar. Maria Ralla sebagai adik Allu yang meninggal semasa belum tumbuh gigi, pikirannya sangat sederhana. Walau di cerita dikatakan adanya pertumbuhan yang dialami Maria, sampai usia 17 tahun, Maria masih jadi sosok yang tidak mengenal tulisan dan berpikir sebatas pengetahuan yang ia lihat, ia dengar dan ia rasakan.

Karena banyak sisi kehidupan yang digali penulis, Puya Ke Puya memiliki pesan yang banyak sesuai konflik yang diperlihatkan. Namun, secara umum, Puya Ke Puya mengajak pembaca untuk melakukan sesuatu dengan cara yang baik agar hasilnya baik.

Sepanjang novel ini akan ditemukan banyak istilah lokal masyarakat Toraja. Penulis menggandengkannya dengan penjelasan bahasa indonesia sehingga tidak perlu catatan kaki. Membuat fokus pembaca tidak melebar kemana-kemana.

Catatan saya justru pada kovernya yang terlalu sederhana. Jika diperhatikan, gambar siluet orang yang sedang menaiki tangga, sangat memiliki kaitan dengan cerita. Ibarat orang yang sedang melakukan perjalanan menuju Puya.


Rating dari saya: 4/5



[Wishful Wednesday] Hening, Shusaku Endo

Judul asli: Silence
Judul: Hening
Penulis: Shusaku Endo
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Januari 2017
Tebal buku: 304 halaman
ISBN: 9786020337173
Harga: Rp 68.000

Berlatar belakang Jepang abad ke-17, periode Edo, Silence mengisahkan perjalanan nasib Sebastian Rodrigues, Yesuit Portugis yang dikirim ke Jepang untuk membantu Gereja setempat dan untuk mencari tahu keadaan mantan gurunya, Ferreira, yang dikabarkan telah murtad karena tidak tahan menanggung siksaan. Pada zaman ketika Kristianitas dilarang keras di Jepang, dan para penganutnya dikejar-kejar, dipaksa menjadi murtad, dan dibunuh, bukan hal mudah bagi Rodrigues untuk bertahan hidup, apalagi Tuhan yang selama ini dianggapnya sumber kasih seolah bungkam dan hening, tidak berbuat apa-apa. 

Pada akhirnya, pertanyaan yang utama adalah: sanggupkah manusia mempertahankan keyakinannya di tengah masa-masa penuh penganiayaan? Dan benarkah Tuhan hanya diam berpangku tangan melihat penderitaan?

*******

Saya menduga buku ini memaparkan usaha seorang manusia meyakinkan keyakinannya kembali. Dengan konflik yang begitu berat, usaha memurtadkan, rasanya akan ditemukan banyak pelajaran dalam menghadapi kondisi demikian. Walau pun buku ini bukan membahas keyakinan yang sama dengan saya, bukan berarti saya harus anti dengan keyakinan yang ada di buku. Saya sebagai pembaca hanya akan menikmati kisahnya saja, bukan inti keyakinannya. 

Dan entah sejak kapan mulainya, saya sekarang ini lebih bisa menikmati buku terjemahan penulis luar negeri. Kalau perlu beralasan, bobot kisah yang ditawarkan novel terjemahan lebih bervariasi. Dan bagaimana mereka merangkai alur cerita, kadang membuat saya lebih terkejut.
*******

Buku apa yang kalian ingin punya minggu ini?

Untuk membuat pos serupa, silakan ikuti aturan mainnya dengan mengintip blog PerpusKecil


[Buku] 17 Years of Love Song, Orizuka

Judul: 17 Years of Love Song
Penulis: Orizuka
Penyunting: Koeh & Septi R.
Perancang sampul: Zariyal
Penata letak: Heru Tri Handoko
Penerbit: Puspa Populer
Terbit: 2015, cetakan kedua
Tebal buku: iv + 268 halaman
ISBN: 9786022140078
Harga: Rp--

17 Years of Love Song berkisah tentang Leo bersama Ibunya yang pindah dari Jakarta ke Purwakarta. Pasca pengkhianatan suaminya, ibu Leo memutuskan kembali ke kampung meneruskan cita-citanya menjadi dokter di desa. Leo yang paling keberatan dengan kepindahan ini. Alasannya, ia harus meninggalkan teman-temannya dan olah raga baseball.

Di sekolah yang baru, Leo bertemu Nana, gadis yang lumpuh akibat jatuh dari pohon. Mereka menjadi dekat sejak pertemuan di belakang sekolah. Hubungan Leo dan Nana makin dekat. Hingga pada hari ulang tahun Nana, Leo membawa kabur Nana ke pantai dan itu jadi awal mula hubungan keduanya menjadi renggang karena orang tua masing-masing tidak setuju dengan pertemanan mereka. Setelah lulus SMA, Leo harus meninggalkan kampung. Yang paling berat adalah berpisah dengan Nana. Bagaimana hubungan mereka selanjutnya?

Novel ini dibuka dengan prolog masa depan. Ingatan Leo kemudian mengembara ke pertemuan ia dengan Nana. Penulis juga memilih menggunakan gaya bahasa yang sederhana. Ini menjadikan kalimat-kalimatnya berisi dan tepat menunjukkan apa yang dimaksud. Sehingga ide cerita tentang ‘perpisahan untuk bertemu’ tersampaikan dengan emosi yang menyentuh hati.

Kekuatan novel ini terletak dari gaya bahasa. Sebab jika diperhatikan jalan ceritanya, tidak saya temukan hal baru. Bahkan sudah umum dipakai novel-novel lain. Dua murid yang saling suka kemudian berpisah, lalu bertemu kembali, itu saja. Namun saya tidak tahu, pada tahun 2015 novel remaja lebih banyak didominasi objek cerita yang seperti apa. Namun di novel ini penulis mengangkat olah raga baseball.

Novel ini menjadi mengharukan karena perkembangan karakternya yang terlalu lebar. Dari murid SMA hingga menjadi menikah. Bumbu yang ditebar penulis per bagiannya sangat mendukung. Ketika karakter masih SMA, konflik dibuat khas remaja. Lalu ketika karakter kuliah, konflik lebih serius. Ketika karakter sudah menikah, konflik benar-benar serius dan saya paling suka konflik kehidupan rumah tangganya. Yang mengganggu adalah pembentukkan karakternya. Permainan penulis mengembangkan cerita hingga terlalu lebar, membuat saya tidak bisa membedakan karakter mereka ketika masih SMA dan karakter mereka ketika sudah menikah. Sedikit sekali perubahannya sehingga di benak saya mereka seperti berumah tangga di usia SMA.

Berkat struktur kalimat yang sederhana dan tepat sasaran, emosi di novel ini melimpah. Terutama pada penggarapan bagian yang menyedihkan, penulis berhasil menggambarkan situasi tersebut dengan alami.

Pesan yang saya terima dari novel ini tidak pada sisi percintaannya. Sebab jika melihat sisi itu, rasanya percintaan yang disajikan dengan konflik-konfliknya lebih tepat sebatas dinikmati. Saya justru menerima pelajaran adalah menjadi anak yang berbakti, menjadi teman yang bisa diandalkan, dan menjadi pribadi yang hangat sehingga mudah disukai lingkungan. Menyinggung pribadi yang hangat, saya jadi ingat pertanyaan besar untuk tokoh Nana. Ia digambarkan menjadi orang yang dikenal di kampungnya. Sehebat apa kepribadian Nana hingga ia bisa menjadi pusat perhatian sekampung. Kondisi Nana yang lumpuh justru digambarkan bukan alasannya. Saya kira sekampung akan tahu seseorang yang seperti Nana pasti karena kecacatannya itu. Tapi di novel ini kelumpuhan Nana tidak memengaruhi. Jadi, apa jawabannya?

Buku ini sangat tepat dibaca untuk memberi variasi bacaan ringan, utamanya novel remaja. Dan saya boleh bilang novel remaja lain perlu berkiblat pada novel ini untuk referensi gaya bercerita. Atau ada novel remaja yang lebih bagus dalam hal gaya berceritanya?

Rating dari saya: 3/5


[Giveaway] Gadis Penenun Mimpi & Pria yang Melipat Kertas Terbang


Halo!

Jadi kapan kalian terkahir kali membaca buku dongeng?

Kesempatan kali ini saya bersama Mbak Nisa kebagian jatah untuk mengadakan giveaway. Ada 1 eksemplar buku Gadis Penenun Mimpi & Pria yang Melipat Kertas Terbang yang akan dibagikan untuk 1 pemenang. 

Sebelum memberi tahu aturan giveaway-nya, saya ingin kalian mampir sebentar ke resensi buku Gadis Penenun Mimpi & Pria yang Melipat Kertas Terbang (silakan diklik) yang saya buat. Dan dengan senang hati kalian juga boleh mampir ke resensi di blog Mbak Nisa.

Untuk giveaway kali ini saya masih memasang aturan yang mudah kok. Perhatikan berikut ini:

  • Follow twitter @adindilla, @niesya_bilqis, @msginagabrielle@ICCPublisher
  • Share informasi giveaway ini di twitter dengan mention akun di atas dan pakai #GadisPenenunMimpi
  • Follow blog saya via GFC
  • Tuliskan di kolom komentar dengan format : akun twitter kamu, kota tinggal, link share.
  • Periode giveaway dari tanggal 7  - 13 Januari 2017. Pengumuman pemenang tanggal 14 Januari 2016 (semoga tidak ada halangan ya1).

Perlu diketahui peserta yang masuk di giveaway saya akan diakumulasi nomor urutnya dengan peserta yang di giveaway Mbak Nisa. Kemudian akan kami pilih pemenangnya secara random. Supaya kesempatan menang kalian jadi besar, ikutan juga di giveaway di blog Mbak Nisa; [Giveaway + Blogtour] Gadis Penenun Mimpi & Pria yang Melipat Kertas Terbang.

Demikian aturan giveaway Gadis Penenun Mimpi & Pria yang Melipat Kertas Terbang. Jika ada yang kurang jelas, silakan tanyakan lewat DM twitter atau email saya hapudincreative(at)gmail(dot)com.

Semoga beruntung ya!



[ Update Pemenang ]

Pada hari ini tanggal 14 Januari 2017, saya sudah merekap peserta yang ikut giveaway #GadisPenenunMimpi. Jumlah peserta yang masuk di blog saya ini ada 47 peserta. Jumlah peserta yang untuk ukuran blog saya yang kecil ini, bisa terbilang banyak. Saya ucapkan terima kasih kepada kalian yang sudah menjadi peserta.

Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Mbak Gina Gabrielle dan penerbit yang sudah memberikan kesempatan saya untuk berkenalan dengan Kol. Ibri, Kura-Kura Pengelana, Putri Boneka, Pangeran Landak dan Gadis Penenun Mimpi. Apa yang kalian berikan kepada saya bukan sekadar cerita, melainkan pelajaran hidup.

Terima kasih pula kepada Mbak Nisa yang sudah mau sabar nge-host bareng saya yang suka ngilang-ngilang. Selama penyelenggaraan giveaway ini banyak sekali teknis di luar kendali saya yang membuat saya serba terlambat mengetahui informasi. Dan semoga Mbak Nisa masih belum kapok seandainya dipasangkan dengan saya di kesempatan lainnya.

Untuk menentukan pemenang, kami (saya dan Mbak Nisa) sepakat menggunakan dua kali pengundian. Pertama, masing-masing blog menyerahkan nama pemenang. Kedua, setelah didapat dua nama pemenang, kita undi kembali menjadi satu pemenang.

Dan pemenangnya adalah...

Jeng!

Jeng!

Jeng!



[ Aenun Nasyifa Z. A.  /  @AenunNasyifaZA ]


Kepada pemenang silakan mengirim data diri via DM twitter atau email ke hapudincreative(at)gmail(dot)com. Formatnya: Nama - Alamat Kirim - No. Telepon

Dengan sudah diumumkannya nama pemenang, maka berakhirlah giveaway #GadisPenenunMimpi di blog saya dan blog Mbak Nisa. Selanjutnya giveaway pindah rumah ke: 

blog Red Blue Story dan,



[Buku] Gadis Penenun Mimpi & Pria yang Melipat Kertas Terbang

Judul: Gadis Penenun Mimpi & Pria yang Melipat Kertas
Penulis: Gina Gabrielle
Cover design: Uly Novita Andrian Siahaan
Penerbit: Nulisbuku Jendela Dunia
Terbit: April 2016
Tebal buku:  v + 223 halaman
ISBN: 9786027443433

Kapan kamu terakhir kali membaca buku dongeng?

Saya beruntung diperkenalkan dengan buku dongeng baru. Akhir-akhir ini saya lebih sering membaca novel roman, dan buku Gadis Penenun Mimpi & Pria yang Melipat Kertas Terbang jadi jeda untuk istirahat sebentar dari konflik-konflik umum antar manusia.

Buku Gadis Penenun Mimpi & Pria yang Melipat Kertas Terbang ini memiliki cerita yang penuh imajinasi. Jadi sejak awal membaca buku ini, saya tidak meletakkan pikiran logis yang biasa saya pakai ketika membaca novel roman. Sebab, yang namanya cerita dongeng akan banyak ditemukan hal-hal ajaib dan aneh.

Diceritakan langit Dunia Mimpi akan runtuh. Gejalanya sudah terlihat berupa retakan. Dipilihlah seekor burung Kol. Ibri untuk mendampingi ‘yang terpilih’ menyembuhkan retakan itu. Pertama, Pria dari Lembah Es adalah pria muda yang hatinya penuh goresan, kemudian bertemu perempuan yang dengan sadis menikam hatinya itu. Lukanya makin besar dan sakitnya tak tertahan. Ia kemudian tiba di lembah es dan memutuskan membekukan hatinya agar sakit itu tidak terasa.

Kedua, Gadis Penenun Mimpi yang terpenjara di puncak gunung Ujung Pelangi. Kegiatannya menenun mimpi dengan empat bahan; Benang Perasaan, Warna Keajaiban, Kegigihan, dan Hati yang penuh cinta kasih. Ketiga, Putri Tanpa Nama yang merupakan putri di kerajaan Istana Masa Kini. Ia lahir tidak sesuai bayangan Raja dan Ratu. Sejak itulah hidupnya disetir untuk berubah jadi seperti bayangan orang tuanya. Kenyataannya justru Putri Tanpa Nama menjadi sosok gadis yang tetap berbeda.

Keempat, Manusia Bintang yang merupakan pangeran di negeri yang kecil dan miskin. Ia lahir dengan fisik yang berbeda dengan warga lainnya. Mitos mengabarkan jika siapa yang menyayangi Manusia Bintang, akan dilimpahi kekayaan. Sayangnya, Manusia Bintang mengetahui kepura-puraan banyak orang terdekat.

Merekalah yang terpilih untuk berpetualang ke banyak tempat menakjubkan bersama Kol. Ibri untuk menyembuhkan langit Dunia Mimpi. Dan mereka berempat memiliki takdir yang bersinggungan.


Aturan dongeng adalah tidak berpikir logika. Semakin aneh akan semakin menarik. Ukurannya, penulis bisa atau tidak membuat pembacanya mengimajinasikan dongeng itu. Jujur saja, saya sedikit kaget mendapatkan cerita Gadis Penenun Mimpi ini. Sebab sampai pertengahan buku pun, logika saya masih jalan. Keanehan yang disuguhkan kerap membuat saya mengerutkan dahi.

Keanehan cerita dongeng bukan hanya keanehan tanpa arti. Masih kerasa kok sisi manusiawi dan pengajarannya. Relevan untuk direnungkan. Misalnya, tidak boleh mencemooh sesuatu yang kita tidak tahu kondisinya. Si Pria dari Lembah Es pernah mencemooh orang-orang yang menyekap hatinya. Namun akhirnya ia pun termakan cemoohannya sendiri.

Disinggung juga mengenai pemaksaan karakter kepada anak oleh orang tua. Si Putri Tanpa Nama mengalami masa kecil yang memilukan sebab ia dipaksa menjadi seperti obsesi orang tuanya. Lalu, dicontohkan juga untuk jadi manusia jujur oleh orang-orang yang berpura-pura menyayangi Si Manusia Bintang. Masih banyak lagi pelajaran yang bisa dipetik yang penulis selipkan di antara kisah-kisah menakjubkan tadi.


Ikonis dari dongeng Gadis Penenun Mimpi & Pria yang Melipat Kertas Terbang ini ada di alat musik Ukulele. Kehadiran tokoh Pria dari Lembah Es selalu dibarengi alat musik yang berasal dari Hawaii ini. Sampai ia berubah menjadi Kura-Kura Pengelana, alat musik ini masih tersampir di bahunya. Justru kertas terbang yang menjadi judul buku ini tidak dominan hadir.

Selain bercerita tentang petualangan, buku ini bisa dikatakan buku roman juga. Siapa jadi pasangan siapa sangat menarik diikuti. Saya sampai mendalami alasan penulis menyatukan dua karakter. Sebab, salah satu pasangan itu memiliki hubungan sebab-akibat dan saya pada awalnya ragu mereka akan bersatu.

Perseteruan juga muncul di buku ini, antara pihak yang baik dengan pihak yang jahat. Ini konsep cerita lawas dalam dongeng namun menariknya tidak tergantikan. Justru perseteruan menjadi babak yang membuat pembaca makin ingin tahun hasil akhirnya. Lawan mereka berempat adalah Para Penjaga Kabut. Kelompok hitam yang pandai memprovokasi keadaan dengan memutar balik fakta. Sayangnya, nasib Para Penjaga Kabut tidak dituntaskan penulis jadi apa.

Jadi, menurut saya tidak pernah ada kata tua untuk tidak membaca dongeng. Cerita yang dikemas dengan hal-hal ajaib dan menakjubkan bisa membuat otak kita kembali jalan dengan mengimajinasikan cerita. Sekaligus nostalgia yang membuat hati kita jadi hangat. Sebab dongeng juga merupakan kenyamanan yang pernah kita rasakan di waktu kita masih kecil.

Rating dari saya: 3/5


Catatan : 

  • Hati hanya punya satu keinginan, yaitu untuk bebas merasa. [hal. 6]
  • Kau hanya perlu Hati yang sejuk dan lembut, yang bisa sembuh dari luka apa pun dengan kecepatan mengagumkan. [hal. 13]
  • Terkadang kau harus percaya tanpa mengetahui, Tuan. Dan ada baiknya kau belajar beberapa hal dasar dulu sebelum mendapatkan jawaban atas pertanyaanmu. [hal. 44]
  • Apakah sedikit pujian dan kata-kata pemberi semangat akan berakibat buruk? [hal. 51]
  • Berbuat kebaikan membuatmu bahagia, tak peduli betapa sedihnya perasaanmu saat itu. [hal. 78]
  • Tak dikenal orang bukan berarti tidak penting. [hal. 82]
  • Seorang yang dengan sukarela mengajukan dirinya akan berjuang dengan lebih sepenuh Hati daripada orang yang disuruh atau dipaksa untuk mengerjakannya. [hal. 88]
  • Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk takut pada perubahan. [hal. 93]
  • Dalam setiap keputusan yang diambil, ada takdir yang dibentuk. Dan mungkin, hanya mungkin, di saat kita melupakan masalah kita sendiri dan menolong orang lain yang mengalami kesusahan, sebenarnya kita juga tengah menolong diri kita sendiri. [hal. 112]
  • Keraguan bisa menyusup masuk dan emnggoyahkan Hati yang paling yakin sekalipun. [hal. 189]
  • Saat kau mempunyai seseorang untuk dicintai kau akan memiliki keberanian. Dan, saat kau dicintai, maka orang itu akan memberimu rasa kepercayaan yang kuat. [hal. 192]

** gambar Ukulele : id.wikipedia.org

[Buku] Hari Tak Selamanya Malam, Suryawan W. P.

Judul: Hari Tak Selamanya Malam
Penulis: Suryawan W. P.
Editor: Septi Ws
Desainer sampul: Teguh
Penata isi: Tim Desain Broccoli
Penerbit: PT Grasindo
Tebit: Juli 2016, cetakan pertama
Tebal buku: xi + 242 halaman
ISBN: 9786023755943
Harga: Rp 65.000 

Skizofrenia adalah gangguan mental kronis yang menyebabkan penderitanya mengalami delusi, halusinasi, pikiran kacau, dan perubahan prilaku sehingga penderita kesulitan membedakan kenyataan dan pikiran sendiri. Belum diketahui penyebab skizofrenia secara pasti. Diduga terbentuk kombinasi faktor psikologis, fisik, genetik, dan lingkungan.

Cuplikan pengetahuan mengenai Skizofrenia di atas berkaitan erat dengan isi novel Hari Tak Selamanya Malam. Kalyana sudah pacaran dengan Radite selama 2 tahun. Radite tetap menyadari ada dunia Kalyana yang tidak bisa ditembus. Kalyana tidak pernah terbuka soal ia memiliki kakak, Kartina, yang sakit jiwa atau gila. Kalyana takut Radite tidak terima dengan kenyataan itu dan akan meninggalkannya.

Tuhan, mengapa aku harus dilahirkan sebagai adik dari perempuan gila? Kenapa harus ada Kartina dalam hidupku? Seandainya saja aku bukan adik dari seorang Kartina. [hal. 38]

Lalu pada suatu hari ia memaksakan diri pulang ke Semarang sesuai permintaan ayahnya. Pulang yang tidak menyenangkan sebab di rumah itu terlalu banyak kenangan buruk menjadi adik dari kakak yang gila. Kalyana mengalami banyak hinaan dari teman-temannya sejak kecil, Kalyana juga direpotkan mengurusi kebutuhan kakaknya. Ia kerap menginginkan Kartina untuk mati saja. Alasan itu yang membuat ia menunda-nunda untuk pulang.

Pada kepulangan itu, ayahnya mengungkapkan kejujuran yang selama ini ditutupi. Sejak itulah kehidupan Kalyana bertambah suram.

Dari garis besar ceritanya di atas, sudah bisa dirasakan novel ini bernuansa kelam. Penulis mengaduk-aduk perasaan pembaca melalui kisah Kalyana yang menurut saya karakternya sudah rusak. Akhirnya ketika selesai membaca buku ini, jika ingat nama Kalyana, yang terlintas adalah kesedihan gara-gara punya kakak yang gila. Begitu melekat citra itu.

Bisa dikatakan novel ini lebih banyak bermain pada permainan psikologis.  Psikologis Kalyana jelas sangat suram. Kemudian ada psikologis orang tua Kalyana yang kok tega membiarkan Kalyana ikut mengurusi Kartina. Ini jadi pertanyaan. Kemudian ada psikologis Radite sebagai kekasih Kalyana yang terus merasakan dan bertanya-tanya  tentang sesuatu yang disembunyikan Kalyana itu apa. Cerita makin luas dan muncul karakter baru seperti dokter Saka dan Delano. Hadir juga psikologis dokter Saka yang merasa aneh untuk kehadiran Kalyana yang tiba-tiba, setelah 5 tahun Kartina dirawat di rumah sakit jiwa. Ada juga psikologis Delano, pasien rumah sakit jiwa yang bersinggungan dengan kehadiran Kalyana.

Selain konflik keluarga, muncul efek lainnya yaitu konflik asmara. Kalyana terus-terusan ragu untuk mengatakan kejujuran soal Kartina yang gila. Ia sadar betul keluarga Radite bakal susah menerima kondisinya. Dan kehadiran dokter Saka dan Delano, cerita asmara di novel ini makin seru. Menariknya, cerita asmara Kalyana itu mengalami tarik ulur. Satu waktu Radite meninggalkannya, lain waktu datang lagi ingin memperjuangkan, lain waktu lagi giliran Kalyana yang ragu setelah ditelepon mamanya Radite, dan terus saja ada kejutan-kejutan lain. Untuk menebak siapayang dipilih Kalyana, lebih baik segera baca bukunya.

Saya juga sependapat dengan yang diungkapkan Guntur Alam jika Suryawan berhasil menghidupkan sosok Kalyana menjadi manusiawi. Kadang dia marah, kadang dia senang, kadang dia geram, kadang dia pesimis, semua yang diceritakan tepat dengan keadaan Kalyana yang berubah-ubah.

Ada yang justru lebih menarik disoroti pada novel ini ialah latar tempat. Penulis memberikan rasa lokal yang kental untuk menjadi panggung cerita. Beberapa lokasi menarik dibawa ke cerita dan itu sukses membuat saya ingin piknik ke sana. Misalnya Curug Silawe dan Pantai Goa Cemara.


Selain itu novel ini juga membahas sejarah beberapa tempat. Misalnya, pendirian Mercusuar Anyer dan asal mula kata Magelang. Sehingga novel ini jadi informatif.


Novel Hari Tak Selamanya Malam diceritakan menggunakan sudut pandang orang pertama - ‘Aku’. Pilihan yang menjadikan pembaca disulap menjadi sosok Kalyana. Dan bersiaplah untuk ikut merasakan kesuraman, rasa marah, rasa senang dan jenis rasa lainnya. Saya hanya menyarankan untuk segera mencari hal menyenangkan setelah selesai membaca novel ini. Nuansa muramnya lekat diingat.

Kemudian untuk karakter yang paling menonjol tentu saja Kalyana. Gadis 24 tahun yang rusak hatinya dan psikologisnya oleh masa lalu. Dan itu membentuk Kalyana jadi sosok yang suka berubah-ubah sifatnya. Bisa gampang sensitif, bisa gampang menangis, bisa jadi konyol ketika senang. Baik Radite dan dokter Saka, mereka pria yang baik. Radite yang sempat meninggalkan Kalyana bukan karena ia pecundang. Dia hanya kaget dengan kejujuran Kalyana. Sedangkan dokter Saka itu pria yang lembut, pembawaannya bijak dan mengayomi. Penulis juga membuka bagian alasan kenapa Saka bisa menjadi dokter dan bekerja di rumah sakit jiwa. Berkaitan juga dengan masa lalu lho.

Menyelesaikan membaca novel Hari Tak Selamanya Malam, saya mendapatkan banyak pelajaran. Pertama, pentingnya memaafkan sepahit-pahitnya masa lalu untuk bisa bahagia di masa depan. Kalyana menjadi contoh manusia yang pilu dan menyedihkan akibat menyangkal dan menghindari masa lalu. Kedua, jangan pernah berprasangka terhadap sesuatu yang belum terjadi. Kalyana tidak pernah berani mengambl langkah pertama untuk memeluk masa lalu. Namun saat ia bisa melakukannya, bayangan buruk yang ada di benaknya tidak pernah terjadi.


Pelajaran ketiga, tidak ada kebohongan yang bisa menyelsaikan masalah. Hubungan Kalyana dan Radite menjadi cermin pertaruhan dengan dasar kebohongan itu. Keempat, ibu tetaplah seorang ibu, seburuk apa pun beliau. Adegan mengharukan ketika Kalyana untuk pertama kalinya melihat ibunya dengan tatapan dan perasaan berbeda. Rasa yang ditimbulkan ternyata sangat dasyat.

Selain typo yang saya tulis di bawah, cara penulis berpindah-pindah antara masa kini dan masa lalu terlalu samar. Sehingga saya merasa pada beberapa bagian sering tersendat membaca untuk memastikan si Aku ini sedang bercerita masa kini atau masa lalu. Lebih elok jika memang ada pemisahan saja, entah dengan tiga bintang (***) atau pindah bab untuk memisahkan masa lalu dan masa kini.

Jadi, kalau kamu ingin membaca novel yang berat konfliknya dan suram, Hari Tak Selamanya Malam saya sodorkan. Dan novel ini juga pas untuk kamu yang mau tau dunia di sekitar keberadaan orang gila. Karena kadang kita luput memahami ada orang-orang waras di sekitar orang gila yang punya kisahnya sendiri-sendiri.

Rating Hari Tak Selamanya Malam dari saya: 3,5/5


Catatan:
Terkadang pertanyaan itu hanya perlu untuk dijawab sekenanya karena seseorang tidak begitu peduli dengan isi jawabannya. [hal. 7]
Bagaimana mungkin aku bisa membuat pacarku nyaman kalau aku tidak nyaman dengan diriku sendiri? Bagaimana mungkin aku bisa membuat pacarku bahagia kalau aku tidak bahagia dengan keadaanku sendiri? [hal. 11]
Ada hal-hal yang sebenarnya lebih menyenangkan untuk dikerjakan atau dibagi bersama seseorang. [hal. 11]
Sayangnya waktu sering menjadi terasa singkat saat kita dalam keadaan bahagia, dan berjalan amat lambat saat hati sedang nelangsa. [hal. 45]
Terkadang seseorang perlu waktu bukan untuk memantapkan diri agar tetap tinggal, tapi meyakinkan diri untuk benar-benar pergi. [hal. 156]
Kita lebih sering iba melhat kucing atau anjing yang kelaparan di jalan daripada melihat orang gila yang jelas-jelas manusia sama seperti kita. [hal. 216]

Typo
Terlau = terlalu [hal. 77]
Memberlambat = memperlambat [hal. 116]
Radite tampak tralis dengan keadaan ini = saya bingung maksudnya apa [hal. 154]
Saah = salah [hal. 222]

*******
[Oya, resensi ini belum mencakup cerita setengah bukunya. Sebab ada poin penting yang saya sama sekali tidak sentuh karena akan jadi spolier. Dijamin bikin kalian geleng-geleng kepala tidak percaya. Kalian temukan sendiri di bukunya ya]

gambar Curug Silawe : https://tempatwisataindonesia.id/curug-silawe/
gambar Mercusuar Anyer: http://jelajahin.com/tempat-wisata-di-anyer/

[Buku] Critical Eleven, Ika Natassa

Judul: Critical Eleven
Penulis: Ika Natassa
Desain sampul: Ika Natassa
Editor: Rosi L. Simamora
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Desember 2015, cetakan kedelapan
Tebal buku: 344 halaman
ISBN: 9786020318929
Harga: Rp79.000

Saya pernah menulis di twitter kalimat ini, ‘Setiap buku membawa pesannya sendiri. Ketika buku hanya dibaca dan diresensi tanpa dirasakan, apa buku merubahmu?’. Saya ingin buku yang saya baca memberikan efek meningkatkan kualitas diri. Bukan sebatas hiburan pas dibaca, selesai baca lupa semuanya. 

Ika Natassa, di Critical Eleven membuka lebar-lebar kehidupan rumah tangga. Diwakili pasangan suami istri Tanya Baskoro dan Aldebaran Risjad, penulis mengingatkan pentingnya memahami tujuan awal menikah untuk mencegah robohnya rumah tangga pas badai datang. Ale dan Tanya adalah pasangan suami istri yang harmonis. Ale bekerja di perusahaan minyak di tengah laut, yang punya jadwal meninggalkan istrinya di Jakarta untuk beberapa waktu, tidak membuat hubungan mereka rusak. Jarak bagi mereka hanya tantangan. Sampai pada satu waktu, keharmonisan pasangan Ale dan Tanya diuji sejak buah hati yang dinanti harus diambil lagi oleh Allah setelah dititipkan sebentar. Ditambah ketololan Ale yang mengucapkan kalimat ‘kemungkinan’ yang langsung menghancurkan perasaan Tanya. Mulai dari saat itu hubungan Ale dan Tanya jadi sedingin kutub.

“Mungkin kalau dulu kamu nggak terlalu sibuk, Aidan masih hidup, Nya.” (hal. 81)

Saya akui tidak ada rumah tangga yang tidak diterpa masalah. Bentuk masalahnya tentu saja berbeda-beda. Bisa soal uang, soal orang ketiga, soal tanggung jawab, atau faktor lain yang ukurannya bisa sepele, sedang, atau berat. Lewat Critical Eleven, penulis mempresentasikan satu contoh masalah rumah tangga yaitu kehilangan buah hati dan kesalahan ucap, dan bagaimana solusi menghadapi masalah tersebut. 

Saya melihat rumus Critical Eleven adalah memperjuangkan dan memaafkan. Ini salah satu solusi masalah rumah tangga yang ditawarkan Ika. Ale mengakui kesalahan mulutnya yang lancang. Ia berusaha dengan segala cara untuk minta maaf dan mengembalikan Tanya pada sosok sebelum kesalahan itu. Usaha keras yang dilakukan Ale kadang diakuinya tidak akan dilakukan oleh pria lain. Ale tidak ingin kehilangan Tanya, ia pun berjuang untuk di sisinya. Misal, tetap membuatkan kopi kesukaan Tanya walau kopi buatannya selalu ditolak tidak diminum. Sedangkan Tanya yang kadung kecewa dan tidak mempercayai Ale, membuka semua masa lalu sejak pertemuan pertama hingga konflik itu muncul. Tujuannya satu, mencari kekuatan dari alasan kenapa ia memilih Ale pada saat dilamar kemudian dipersunting. Proses yang dilakukan Ale dan Tanya mengingatkan kita untuk menguatkan fondasi rumah tangga sebelum membangunnya. Fondasi yang kuat akan menjadi pijakan untuk memperjuangkan dan memaafkan pasangan.

Pola alur yang mengombinasikan masa kini dan masa lalu membuat kisah Ale dan Tanya utuh diceritakan. Tidak ada bolong yang disisakan penulis, mulai dari pertemuan pertama di pesawat, pacaran, menikah, hingga masa setelah menikah. Selain kisah Ale dan Tanya, penulis menggenapkan dengan menyisipkan masa kecil Ale, kisah pertemuan pertama orang tua mereka, cerita persahabatan dan keluarga, juga beberapa momen yang menunjang alur cerita. Ini penting, sebab latar belakang yang lengkap membuat pembaca mengenali karakter dengan lebih jelas. 

Membicarakan karakter yang muncul di novel ini, penulis mempersiapkan mereka dengan lengkap dan hidup. Tanya dan Ale merupakan sosok cemerlang dengan pembawaan karakter yang unggul, paras yang menawan, juga karir yang bagus. Untuk Tanya Baskoro sendiri saya tidak melihat cela. Ia sosok perempuan yang cerdas dan istri yang berbakti. Kedewasaannya terbukti ketika ia mempertanyakan kepercayaannya pada Ale, ia tidak gegabah memutuskan berpisah. Ia terus berusaha merekonsiliasi hatinya dari berbagai sisi. Sehingga sampailah ia pada kekuatan terakhir yang dimiliki untuk melanjutkan atau menyudahi. Sedangkan pada diri Aldebaran Risjad, memiliki karakter pria dewasa yang bertanggung jawab untuk segala urusan. Bahkan sejak ia dan Tanya masih pacaran. Ada yang pernah meninggalkan bioskop ketika jam solat tiba? Ale orangnya. Ada yang pernah memikirkan kalau rumah adalah elemen penting sebelum berumah tangga? Ale orangnya. Dia dikuriani sifat yang agung. Bahkan bagi Ale, menolong orang lain itu keutamaan. Sehingga ia tidak pernah menolak permintaan tolong dari ayahnya, ibunya atau adik-adiknya.


Emosi yang dibangun penulis mengejutkan pada beberapa titik, misalnya, ketika Haris dan Tanya merencanakan ulang tahun Ale. Drama yang seharusnya mengejutkan dan berakhir di salah satu restoran, justru menjadi titik puncak ketakutan Ale kehilangan Tanya. Setelah rasa khawatir yang memuncak, penulis membuat adegan pelukan yang mengharu biru. Pelukan kerinduan, pelukan takut kehilangan, pelukan cinta sang suami kepada sang istri.

Critical Eleven menjadi sebuah bacaan yang menginspirasi. Memberikan sebuah gambaran seharusnya menjadi calon suami dan menjadi calon istri. Cinta memang memegang peran penting dalam rumah tangga. Namun banyaknya elemen pendukung yang menyokong, jika satu elemen saja lemah, rumah tangga mudah digoyang oleh angin sepoi-sepoi. Mempersiapkan maksimal untuk mengambil peran suami/istri, menjadi pilihan mutlak. Tidak ada kompromi. Bukan perkara setelah berdua jadi pasangan suami istri, melainkan di garis start harus sudah siap, sehingga pada perjalanan rumah tangga pasangan akan mudah beradaptasi untuk masalah berdua, bukan masalah yang muncul karena ego pribadi masing-masing.

Buku ini menjadi pilihan untuk mengintip contoh rumah tangga dan permasalahan yang muncul. Buku ini membuka mata para calon pasangan untuk bersiap-siap menjelang masa manis dan pahit dalam rumah tangga. Dan tidak sedikit pun buku ini memberi kesan menakut-nakuti berumah tangga. Justru sangat manis menunjukkan indahnya berumah tangga.


Kabar bahagia, buku ini sedang digarap jadi film. Di film nanti karakter Ale akan diperankan oleh Reza Rahardian, sedangkan Tanya akan diperankan oleh Adinia Wirasti. Pemilihan peran yang matang tentunya. Siapa sih yang tidak kenal aktor Reza Rahardian? Beliau ini terbilang aktor mahir yang sukses dalam memerankan karakter yang dituntut. Setahu saya, Reza sangat maksimal dalam berperan. Saya juga menyukai Adinia Wirasti untuk berperan sebagai Tanya. Saya mengetahui kiprahnya di dunia perfilman sejak ia main di film Tentang Dia bersama Sigi Wimala. Acting Adinia selalu memukau dengan sisi naturalnya. Harapan saya, Reza dan Adinia akan menjadi pasangan di film ini yang mengesankan bagi pembaca novel Critical Eleven. Sebab, kami pembaca novelnya sudah mendalami ceritanya dan memiliki banyak bayangan setiap adegannya.

Saya juga membayangkan film Critical Eleven akan memiliki soundtrack yang menghangatkan dan berkesan. Saya berharap Melly Goeslaw diajak menggarap musiknya, sedangkan penyanyi terpilih adalah Agnes Monica dan Tulus. Kolaborasi yang bakal keren dan akan diingat penonton.



Untuk sang sutradara, saya ingin adegan puncaknya dikemas sangat, sangat, sangat maksimal. Ada 2 adegan yang saya nantikan bakal muncul di film Critical Eleven. Pertama, adegan ketika Ale khawatir Tanya akan meninggalkannya di kejutan ulang tahun, dan begitu menemukan Tanya, ia berlari mendekap Tanya dengan sangat erat, tidak ingin Tanya pergi. Kedua, adegan mengharukan ketika Tanya datang ke makam Aidan untuk pertama kalinya dan menangis sesenggukan. Juga adegan Ale yang menangis di kamar Aidan setelah lama ia tidak memasuki kamar itu sejak Aidan pergi. Ale menangis dengan tangan memegang pinggiran boks bayi dan menggugu.

Film ini akan menjadi contoh kisah cinta yang dewasa, cinta yang bertanggung jawab, cinta yang rela menyeimbangkan antara peran suami dan istri. Bikin penonton melihat pada dirinya dan berkata, "Aku akan menikah dengan persiapan maksimal demi pasanganku, demi keluarga baruku." Jadi makin tidak sabar menunggu filmnya rilis.

Rating novel dari saya: 4/5


Catatan:
  • Berani menjalin hubungan berarti menyerahkan sebagian kendali atas perasaan kita kepada orang lain. (hal.8)
  • Toko buku itu bukti nyata bahwa keragaman selera bisa kumpul di bawah satu atap tanpa harus saling mencela. (hal.13)
  • Kadang hidup lebih menyenangkan saat kita tidak punya ekspektasi apa-apa. (hal.14)
  • Waktu adalah satu-satunya hal di dunia ini yang terukur dengan skala sama bagi semua orang, tapi memiliki nilai berbeda bagi setiap orang. (hal.17)
  • Sebagai laki-laki, tugas utama kita adalah mengambil pilihan terbaik untuk diri kita sendiri dan orang-orang yang dekat dan tergantung pada kita. (hal.30)
  • Hidup memang tidak pernah sedrama di film, tapi hidup juga tidak pernah segampang di film. (hal.40)
  • Kata orang, saat kita berbohong satu kali, sebenarnya kita berbohong dua kali. Bohong yang kita ceritakan ke orang, dan bohong yang kita ceritakan ke diri kita sendiri. (hal.57)
  • Ada banyak hal dalam hidup ini yang mungkin tidak akan dimengerti orang-orang yang belum mengalami sendiri. (hal.93)
  • Kata orang, waktu akan menyembuhkan semua luka, namun duka tidak semudah itu bisa terobati oleh waktu. Dalam hal berurusan dengan duka, waktu justru sering menjadi penjahat kejam yang menyiksa tanpa ampun, ketika kita terus menemukan dan menyadari hal baru yang kita rindukan dari seseorang yang telah pergi itu, setiap hari, setiap jam, setiap menit. (hal.95)
  • Berpasarah kepada-Nya karena Dia tidak akan member cobaan lebih daripada yang bisa kutanggung. (hal.97)
  • Anak kecil terkadang memang lebih santai menghadapi perpisahan, ya. (hal.107)
  • Apakah sosok seseorang itu bagi kita tergolong pahlawan atau penjahat tergantung dari seberapa besar kita mau berkompromi dengan nilai-nilai yang dia anut. (hal.112)
  • Ujian keimanan seorang laki-laki itu bukan waktu dia digoda oleh uang, perempuan, atau kekuasaan seperti banyak yang dikatakan orang-orang. Ujian keimanan itu sesungguhnya adalah ketika yang paling berharga dalam hidup laki-laki itu direnggut begitu saja, tanpa sebab apa-apa, tanpa penjelasan apa-apa, kecuali karena itu sudah takdirnya. (hal.121)
  • Kisah cinta paling indah sebenarnya adalah yang ditulis Tuhan sendiri dan nyata di sekeliling kita. (hal.207)


[ gambar film diunduh dari twitter Ika Natassa / @ikanatassa ]
[ gambar lainnya milik pribadi yang diedit ]