[Resensi] A Hole in The Head - Annisa Ihsani

Judul: A Hole in The Head
Penulis: Annisa Ihsani
Penyunting: Aditiyo Haryadi
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Pertama, Oktober 2017
Tebal buku: 232 halaman
ISBN: 9786020377445
Harga: Rp58.000 

Novel A Hole in The Head merupakan novel terbaru dari Annisa Ihsani dan jadi novel kedua yang saya baca, setelah sebelumnya saya membaca novel A Untuk Amanda. Ada perbedaan besar antara kedua novel tadi. Novel A Hole in The Head mengangkat kisah petualangan misteri, sedangkan novel A Untuk Amanda lebih banyak mengupas psikologi remaja.

Di novel ini kita akan berkenalan dengan anak perempuan berusia tiga belas tahun bernama Ann. Orang tua Ann bercerai ketika dia berumur dua tahun. Menjelang liburan sekolah selama dua minggu, Indira harus merubah rencana liburan Ann di rumah neneknya karena adik perempuan Indira baru saja melahirkan dan si nenek dibutuhkan sekali untuk mengurus adiknya itu. Indira akhirnya memutuskan mengirim Ann ke rumah ayahnya di Jenewa.

Gertjan, si ayah Ann, setelah bercerai, dia menikahi Mama Nina dan sudah memiliki anak bernama Emil yang berusia sepuluh bulan. Kesibukan Gertjan saat ini adalah membantu Mama Nina mengurus penginapan warisan keluarga, Penginapan Monchblick Inn.

Setibanya Ann di penginapan sekaligus rumah ayahnya, ia bertemu Jo, cucu seorang koki di penginapan. Ann juga mendengar rumor hantu yang beredar mengenai penginapan Monchblick Inn dan membuat penginapan jadi sepi pengunjung. Jiwa petualang Ann terpanggil untuk membongkar kebenaran mengenai hantu Matteo yang mengganggu di penginapan. Dia pun bekerja sama dengan Jo melakukan penyelidikan.

Membaca novel A Hole in The Head mengingatkan saya pada novel Trio Detektif punya Robert Arthur. Sama-sama memecahkan misteri dan tokohnya anak-anak. Saya sangat menyukai diksi pada novel ini, mirip terjemahan novel anak. Dunia anak yang penuh ingin tahu digambarkan dengan apik oleh Ihsani sehingga dia berhasil menggiring pembaca untuk ikut serta berpetualang. Jalan pikiran anak-anak yang bergulir tanpa banyak pertimbangan, spontan, dan sumbu pendek, membuat saya yang bukan seusia Ann lagi, seakan bernostalgia dengan masa kecil. Auranya kerasa dan berkesan. Rasa takut, deg-degan, dan penasaran merasuk ke jiwa saya sepanjang mengikuti kisah Ann.

Novel ini mematahkan stereotip tentang ibu tiri yang jahat dan tidak sayang terhadap anak tiri. Sebab Mama Nina sama sayangnya terhadap Ann meski ia memiliki anak kandung. Mama Nina peduli terhadap kebahagiaan Ann yang sudah mau menghabiskan liburan bersama keluarganya di tengah kesibukan dia mengurus penginapan yang sedang bermasalah. Selain itu, kita pun akan melihat kerukunan, saling menghormati antara Mama Nina dan Indira padahal keduanya memiliki status hubungan yang rentan dengan ketidaksukaan.

Saya paling suka pada bagian misteri yang kunci kebenarannya susah ditebak. Saya pun rasanya punya lubang di kepala, seperti judul ini, karena tidak menyadari petunjuk-petunjuk yang mengarah pada kebenaran. Padahal, penulis sudah menyinggung petunjuk-petunjuk itu di beberapa bagian. Artinya, Ihsani sukses mengonsep cerita misterinya.

Novel ini cocok dibaca oleh pembaca anak-anak. Selain menghibur, novel ini pun memiliki sisipan ilmu pengetahuan. Dan ini kelebihan novel Ihsani, memberikan cerita yang menambah wawasan. Ilmu pengetahuan yang dipilih pun bukan sekadar tempelan agar ceritanya berbobot. Justru ilmu pengetahuan itu mendukung penuh pada cerita.

Catatan saya untuk novel ini terletak pada cara Ihsani mendeskripsikan latar tempat yang menurut saya masih kurang dalam. Detail lokasi, baik jalanan, lingkungan, penginapan, dan tempat wisata, belum tergali dengan sangat baik. Saya tidak mendapatkan imajinasi latar yang benar-benar bikin bulu kuduk merinding. Padahal, menilik misteri yang diangkat, aura dingin, gelap, dan begidik, harusnya bisa tersampaikan kepada pembaca. Sayangnya, itu jadi PR Ihsani untuk karya selanjutnya. Saya membandingkan dengan karya Paula Hawkins yang Into The Water, aura dingin kolam penenggalaman tersampaikan dengan baik melalui narasi yang berulang dengan pemilihan kata yang berbeda, dan dukungan misteri yang memang menyesakkan.

Lainnya, saya kurang suka akhir cerita yang dipilih Ihsani terkait si penjahat. Sebab tidak ada hukuman dan ganjaran yang sepadan yang diterimanya. Padahal, jelas sekali kejahatannya terbilang besar. Tapi saya masih berpikir positif, pilihan Ihsani ini berdasarkan genre novelnya yang condong ke buku anak atau buku keluarga.

Saya memberikan nilai 4/5 untuk kecolongan Ann memahami kebenaran misteri yang ada di penginapan Monchblick Inn.

2 komentar:

  1. Iya, rada2 sebel ya sama si penjahat. Nggak habis pikir loh sampai segitu teganya. Tetapi penulisnya pintar 'menipu' pembaca ya. Ini buku unik, aslik. (Dion- Baca Biar Beken)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas Dion, sama sekali tidak diduga jika penjahatnya Dia. Buku ini seru dan nggak bikin bosen bacanya 😀

      Hapus