[Resensi] Warm Heart - Ullianne


Judul: Warm Heart
Penulis: Ullianne
Penyunting: Tim Editor Fiksi
Penerbit: Grasindo
Terbit: Februari 2018
Tebal buku: 150 halaman
ISBN: 9786024529055
Harga: Rp49.000 (via bukabuku.com)
Nilai: 2/5

Jangan pernah membenci saya jika saya mengulas novel kalian dengan terus terang. Saya pembaca saja, dan saya bisa menilai suka atau tidak suka terhadap bacaan saya, dengan mempertimbangkan beberapa standar pribadi. Dan jangan sekali-sekali membalik kritikan saya dengan ungkapan, "Kalo gitu, silakan tulis sendiri kisah yang bagus menurutmu!!!".

Tidak butuh waktu lama buat saya untuk bisa menuntaskan membaca novel kedua dari Ulianne ini. Novel pertamanya justru saya belum baca. Dan begitu selesai baca, saya tahu saya akan menuliskan banyak hal yang tak bagus tentang novel ini.

Saya tahu ini novel percintaan dan saya mengakui kalau kadar romannya sangat kental. Berkisah tentang gadis bernama Clara yang pulang ke Indonesia setelah menetap selama lima tahun di Singapura, dalam rangka menjauh dari laki-laki yang sudah menorehkan luka. Laki-laki itu bernama Andre, dia adalah sahabat dekatnya Clara. Ada satu kejadian penting yang terjadi antara Clara dan Andre hingga keduanya menjauh dengan memendam amarah dan tekad untuk saling melupakan. Lima tahun yang berlalu ternyata tidak membuat amarah dan tekad itu terlaksana. Keduanya justru dirundung pilu atas usaha-usaha melupakan yang justru makin memperbesar rasa rindu. Pertemuan itu kembali terjadi dan keduanya mati-matian menghindar tapi proyek kerjaan membuat mereka harus terus bersinggungan.

Konflik percintaan yang dibahas penulis terlalu diperpanjang. Lagi-lagi-lagi-lagi penulis membahas masa lalu di lima tahun kemarin, tanpa menerangkan apa yang terjadi. Saya menunggu dan penasaran dengan kejadian tersebut, dan ketika hampir mencapai akhir buku, saya harus mengelus dada. Tidak ada perpisahan yang diakibatkan oleh peristiwa besar. Jadi, mereka saling benci dan menahan amarah hanya karena takut melangkah ke babak lain dan mereka tidak berani terus terang? Sedangkan seakan-akan masalahnya lebih besar daripada itu jika dilihat bagaimana penulis mau membuka twist-nya di akhir. Saya super kecewa.

Noktah hitam muncul dari segi typo. Banyak saya temukan kata-kata yang kurang hurup atau salah hurup. Bikin gemas saja. Bukan apa-apa, Grasindo itu penerbit besar yang sudah tentu punya tim hebat dan jeli untuk sekadar memeriksa aksara. Saya malah berkesimpulan, mengejar targetkah hingga masalah typo saja bisa kelolosan. Jangan bilang, "Kan kami juga manusia biasa." Ergggggh.

Lalu, apa sih pelajaran yang bisa dipetik dari novel Warm Heart ini? Terus terang sajalah. Yap, jangan suka memendam apa yang pengen diutarakan. Jangan kebanyakan mikir nanti bagaimana. Sebab, kalau sudah terlanjur makin rumit masalahnya, kita harus memulai dari nol dan beradaptasi dengan perubahan yang terlanjur sudah dimulai. Clara dan Andre memang terlalu membiarkan masalah berkembang makin besar tanpa tahu dengan jelas masalah sebenarnya. Mereka berdua hanya mengandalkan kesimpulan pribadi saja. Dan lihat hasilnya, mereka dibelenggu masalah yang bias dan ketika takdir mendorong mereka untuk menuntaskan masalah itu, mereka harus ekstra berupaya menolerir keadaan yang sudah kaku. Betapa tidak menyenangkannya berada di kondisi demikian.

Yang jelas, novel ini juga terlalu terburu-buru. Saya bahkan sulit menentukan apa yang berkesan dari novel ini, bukan karena banyak pilihan, melainkan karena saya tidak menemukan dimana. Biar demikian, saya apresiasi karena penulis sukses menyelesaikan kedua novel hingga dipinang penerbit. Semoga sedikit ulasan ini bisa memberikan pelajaran agar di karya selanjutnya menjadi lebih baik.

2 komentar:

  1. Astaga, saya juga baca apa yang terjadi lima tahun yang silam hingga membuat ras benci sebegitu hebat, tapi tak ada jawaban juga ya.

    Jeli bngt ya kritiknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha. Sebaiknya dilepaskan, begitu nasehatnya. Tapi, bagi beberapa orang gak manjur. Pada akhirnya ini jadi pilihan, maju atau terus berkubang

      Hapus