[Resensi] Kevin Faldey; Taxi & The City - Erike Yuliartha

Mengagumkan, satu kata dari saya untuk novel Kevin Faldey; Taxi & The City. Cerita sederhana yang mengalir, memberikan banyak pelajaran yang mungkin kita sudah lupakan. Kesederhanaan, berbakti, perjuangan, terima kasih, maaf, penghiburan, dan masih banyak kosa kata lainnya yang mewakili isi novel. Saya bersyukur dipertemukan dengan novel luar biasa ini sehingga sadar jika menjadi pribadi yang baik adalah mutlak bagian dari ‘bahagia’.

Judul: Kevin Faldey; Taxi & The City
Penulis: Erike Yuliartha
Editor: A. Ariobimo Nusantara
Asisten Editor: Fanti Gemala
Desainer cover & ilustrasi: Rio Siswono
Penata isi: Novita Putri
Terbit: September 2014
Penerbit: PT Grasindo
Tebal buku: xiii + 213
ISBN: 9786022517030
Harga: Rp 47.000

Setelah Ibu kandungnya meninggal, Ibu Tini menggantikannya. Tidak ada yang berbeda kasih sayang antara keduanya bagi Kevin. Dia bersyukur memiliki dua ibu yang hebat. Suatu hari Ibu Tini pergi dari rumah. Ayah menyimpan sesal. Kevin kehilangan. Lalu, Ayah dan Kevin memulai pencariannya menemukan Ibu dengan jadi supir taxi. Berhasilkah mereka menemukan Ibu?

Tema novel ini adalah keluarga. Lebih banyak menceritakan mengenai hubungan ayah dan anak yang diwakili Pak Arfi Bastian dan anak laki-lakinya; Kevin Faldillah. Hubungan keduanya semakin erat setelah Ibu Tini meninggalkan rumah karena satu alasan. Kerinduan pada ibu yang dirasakan Kevin tidak berkurang sedikit pun. Pak Arfi Bastian yang awalnya kerja di bengkel memutuskan jadi sopir taxi demi mencari istrinya.

“Kalau jadi sopir taxi, Ayah bisa keliling kemana-mana. Siapa tahu nanti ketemu ibumu.” [hal.21]
Sebenarnya novel ini memberikan porsi kisah cinta-cintaan Kevin dengan dua gadis. Namun porsinya yang tidak sampai seperempat buku, jadi saya menganggap itu hanya warna-warni cerita. Bukan tema kedua.

Novel ini dibagi menjadi tiga episode. Episode pertama lebih banyak menceritakan masa kecil Kevin hingga ia lulus SMA. Ada banyak babak hidup yang diungkap termasuk awal mula kehilangan Ibu Tini dan kerinduan sosok ibu yang kerap ia tangisi, pertemanannya dengan David dan Sigit, kesukaannya pada sosok Kevin Costner dan tentu saja cinta monyet pertamanya pada Nancy.

Episode kedua menceritakan masa kuliah Kevin hingga ia kerja sebagai resepsionis di salah satu hotel. Karakter pada episode ini tergali sangat baik. Kevin menjadi sosok sederhana, rendah hati dan sangat menyayangi ayahnya.

“Gaji pertamaku semua buat Ayah. Masih ada uang di tabunganku...” [hal.114]
Episode ketiga menceritakan Kevin yang telah menjadi sopir taxi. Kerinduan pada ibu dan pencariannya tidak berhenti. Kevin bertemu banyak orang dan semakin banyak ia belajar dari para penumpang. Banyak pengalaman yang dibagikan pada episode ini dan banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik.

Sepanjang membaca novel ini, pembaca akan diberikan nasihat kebaikan yang disampaikan tidak menggurui. Melainkan melalui pengalaman dari penumpang taxi yang diceritakan Ayahnya dan Kevin. Menjadikan novel ini penuh pesan moral.

Kevin Faldey sendiri menggunakan alur maju. Menceritakan tahap-tahap Kevin menjadi dewasa berkat didikan sang Ayah. Dengan gaya bahasa yang diksinya sederhana, membuat saya mudah saja menyelesaikan baca buku ini tanpa ada kendala. Sudut pandang yang dipakai orang pertama dari Kevin. Penulis juga kerap menyisipkan bagian cerita dengan PoV orang ketiga dari sosok orang lain. Solusi untuk memantapkan rasa cerita dengan membuat cerita terpapar utuh. Sedangkan setting cerita berada di kota Jakarta (sehari-hari Kevin) dan Jogjakarta (sewaktu Kevin liburan).

Kevin tidak pernah tahu, di desk resepsionis yang sedang sepi, Leona gundah karena kepergiannya. Sejak SMP dulu, ia sebenarnya sudah mulai “menaruh hati” pada Kevin, hanya saja ia tahu Kevin dekat dengan Nancy. Kini, saat waktu mempertemukan mereka kembali, rupanya Leona masih tertarik pada Kevin. Ia menyesal tak bisa menyampaikan perasaannya. Ia Cuma bisa berharap, kesempatan itu akan datang sekali lagi, suatu saat nanti. [hal.122]
Karakter-karakter yang muncul: Kevin Faldillah, Pak Arfi Bastian, Ibu Tini, Sigit, Ibu Siti, Pak Heru, Pak Yanto, Om Ary dan Istrinya, David, Nancy, Leona, Michael, Samantha, Mas Arman, Pak Yusuf, Ibu Ambar, dan penumpang lainnya yang tidak disebutkan namanya.

Novel ini saya sangat rekomendasikan dibaca siapa pun. Lantaran pesan moralnya yang baik dan memang novel ini sangat sederhana dipahami, dihayati, diikuti. Akhirnya saya memberikan rating 4 bintang dari 5 bintang.


0 komentar:

Posting Komentar