[Resensi] Teka-Teki Robeknya Baju Pangeran Oskar - Dyah Umi Purnama


Judul: Teka-Teki Robeknya Baju Pangeran Oskar
Penulis: Dyah Umi Purnama
Penerbit: Penerbit Bhuana Sastra
Terbit: 2018
Tebal: i + 81 halaman
Nilai: 3/5

Novel Teka-Teki Robeknya Baju Pangeran Oskar termasuk salah satu novel anak. Ceritanya seperti dongeng. Terutama tentang latarnya yaitu di sebuah desa yang dinaungi kerajaan Glomenia.

Kisahnya, pada suatu hari Pak Jame mendapati baju untuk Pangeran Oskar yang dipesan kerajaan sudah dalam keadaan robek. Pak Jame yang baru saja pulang dari pasar panik dan dugaan pertama mengenai pelakunya tentu saja tertuju kepada anak laki-lakinya, Tommy. Apalagi sebelum baju itu selesai dijahit, Tommy sempat menginginkan untuk mencoba baju tersebut namun dilarang oleh Pak Jame.

Tommy menyanggah dugaan ayahnya dan dugaannya justru menunjuk kepada sahabat perempuannya, sekaligus anak dari tetangganya, Sally. Bukan tanpa alasan, Sally pernah ditolak oleh Pangeran Oskar untuk mencicipi kue dadar gulung buatannya. Dan Sally masih kesal kepada Pangeran Oskar.

Sally jadi marah dituduh demikian dan dia sendiri punya dugaan lain soal pelaku yang merobek baju pangeran yaitu Memo, kucing peliharaannya.
Selain dugaan kepada Tommy, Pak Jame menaruh curiga kepada tetangganya, Pak Ale. Dia adalah penjahit juga. Hanya saja hasil jahitan Pak Ale kurang bagus sehingga pesanan jahitannya sedikit jika dibandingkan pesanan jahitan Pak Jame.

Masalah tambah pelik ketika Pak Jame berniat memperbaiki sobekan pada baju itu, dibutuhkan benang emas yang mesti dibeli seharga 20 keping emas. Ia pun terpaksa menggadaikan rumahnya kepada Pak Goldin hingga pada saat sebelum jatuh tempo, Pak Jame dan Tommy harus meninggalkan rumah, orang-orang Pak Goldin datang mengusir.

Lalu, sebenarnya siapa pelaku yang tega merobek baju pangeran Oskar?

Kisahnya sederhana dan memang begitulah ciri khas cerita-cerita yang ditujukan kepada anak-anak dalam rangka menanamkan nilai-nilai budi luhur. Mbak Dyah selaku penulis sudah berusaha menggabungkan cerita masa lalu dengan masa kini. Terasa sekali dari latar kerajaan yang disandingkan dengan nama karakter yang rasanya sudah modern. Misalkan nama Tommy dan Sally.

Penulis juga berhasil menjaga teka-teki pelaku hingga akhir kisah. Dugaan-dugaan setiap tokoh yang membuat pola menyambung antara satu ke yang lain, membuat bingung menentukan alibi siapa yang benar dan siapa yang sebenarnya bersalah.

Nilai budi luhur yang ingin disampaikan dalam novel Teka-Teki Robeknya Baju Pangeran Oskar adalah hati-hati dalam berprasangka dan berbuat baiklah kepada siapa saja.
Pesan pertama, hati-hati dalam berprasangka, ditunjukkan oleh beberapa karakter yang tidak serta merta terang-terangan mengatakan si anu sebagai biang masalah. Pak Jame bahkan tidak menghakimi anaknya dan tetangganya secara frontal atas dugaannya. Kalau sampai itu terjadi, masalah lebih besar akan menanti. Ini terjadi kepada Tommy yang menuduh Sally. Efeknya persahabatan mereka menjadi renggang.

Pesan kedua, berbuat baiklah kepada siapa saja juga diajarkan oleh Pak Jame. Dia sosok yang berhati mulia dengan tidak membiarkan pihak kerajaan menghukum Pak Goldin yang sudah mencuranginya. Juga memberikan kesempatan kepada Pak Jenggo, orang-orang yang mengusir dari rumahnya sendiri, untuk tetap tinggal sampai mereka menemukan tempat tinggal yang baru. Yang paling mengharukan, Pak Jame mau berbagi rezeki atas pesanan jahitan dari kerajaan dengan Pak Ale, sekaligus dalam rangka mengajarinya menjahit yang bagus.

Keseluruhannya, buku ini sangat layak dibaca oleh anak-anak dalam rangka membangun akhlak baik atau dibacakan oleh orangtua kepada anak-anak dengan tujuan lainnya, menciptakan waktu berharga bersama keluarga.

0 komentar:

Posting Komentar