[Resensi] Starting Over - Titi Sanaria


Judul: Starting Over
Penulis: Titi Sanaria
Editor: Dion Rahman
Penata Letak: Debora Melina
Desainer Sampul: @Hayharits
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Terbit: Oktober 2019
Tebal Buku: 394 halaman
ISBN: 9786230007620 / 9786230007637 (digital)

Blurb
Hubungan mereka hanya berlandaskan physical attraction, awalnya Prita mengira begitu. Hanya ketertarikan fisik semata. Tidak lebih. Dia mengagumi Erlan yang tampan dengan setelan kantor yang membuatnya terlihat sempurna. Namun, waktu telah membantu dia menyadari bahwa perasaannya kepada laki-laki itu mulai berkembang.

Hanya ketertarikan fisik, Erlan mendengar pengakuan itu berulang kali dari mulut Prita. Sementara dia sendiri gamang atas perasaannya. Dia nyaman berada di sisi putri tunggal bosnya itu. Akan tetapi, logika terus mengingkari rasa bahwa dirinya telah jatuh cinta kepada Prita.

Ya, tidak ada jatuh cinta dalam kamus Erlan, awalnya begitu. Namun, apa yang kira-kira tidak bisa dilkaukan oleh kekuatan cinta?

#####

394 halaman merupakan pencapaian tertebal novel yang berhasil saya baca beberapa bulan ini. Awalnya saya cuma berpikir perlu membaca cerita dengan tokoh dewasa. Akhirnya saya memutuskan membaca novel Starting Over ini tanpa tahu tebalnya berapa halaman. Yang saya jadikan pertimbangan karena novel ini masuk ke lini citylite.

Ide Cerita
Novel Starting Over ini mengisahkan kisah roman antara Prita dan Erlan. Perbedaan karakter membuat kisah cinta mereka sangat berliku yang ada awalnya saya kira karena perbedaan kelas sosial. Prita Halim adalah anak tunggal bos besar Johny Halim, yang dilimpahi banyak kemewahan dan orang mengenalnya sebagai gadis yang manja, egois, bahkan sembrono. Sedangkan Erlan merupakan tangan kanan Johny yang gila kerja, menuntut sempurna, kaku, dan jarang ngomong selain untuk urusan kerjaan.

Keduanya sempat bertunangan dengan alasan masing-masing, tetapi bukan karena saling suka, jauh juga dari saling cinta. Namun, dewi asmara membolak-balik hati mereka dengan banyak konflik.

Konflik dalam novel ini pun tidak bergulat sekadar roman antara Prita dan Erlan tetapi penulis menyisipkan sisi lain kehidupan tokohnya seperti dinamika pekerjaan, latar belakang keluarga, dan keseruan persahabatan. Pokoknya bisa dikatakan paket komplit.

Gaya Menulis. POV. Plot. Karakter.
Sebagai pembaca yang baru pertama kali melahap karya Kak Titi Sanaria, saya suka dengan rangkaian kalimat yang disusun tanpa menggunakan banyak majas. Narasinya terbaca sangat lugas sehingga terkesan ceritanya lebih dinamis dan tidak bertele-tele.

Hanya saja saya beberapa kali melakukan skip terhadap paragraf yang isinya berupa pengulangan. Kebanyakan paragraf itu mengulang latar belakang Prita sebagai anak orang kaya, sebagai gadis yang pernah tersandung kasus pembunuhan, dan beberapa kali menyebut permakluman karakter Prita yang keinginannya harus terpenuhi. Mungkin tujuan penulis adalah menegaskan kembali.

Novel ini secara keseluruhan menggunakan sudut pandang orang ketiga yang serba tahu. Subjeknya lebih banyak menyoroti sisi Prita, walaupun di beberapa halaman berpindah menyoroti sisi Erlan. Dan pemilihan font yang berbeda ketika menceritakan kilas balik cukup membantu untuk mengidentifikasi kapan cerita sedang berlangsung sehingga pembaca tidak dibikin bingung, apalagi dibikin galau.

Untuk karakter utamanya tentu saja ada Prita dan Erlan. Prita ini memiliki sifat sembrono, cerewet, manja, dan banyak karater minus lainnya yang biasa ditempelkan pada anak orang kaya. Namun, bukan berarti dia tidak punya karakter baik. Karena dia itu tipe orang yang sangat tanggung jawab ketika menjalankan tugas yang diamanahkan kepadanya. Bahkan kalau mengerjakan hal yang dia suka, Prita akan melakukannya dengan kerja keras dan sepenuh hati.

Sedangkan Erlan, lelaki dewasa yang kaku, pintar, terjadwal, irit ngomong, banyak bersikap cuek. Namun jangan salah, dia bersikap begitu karena latar belakang masa kecilnya yang cukup menguras airmata. Tetapi sikapnya itu perlahan-lahan mengalami perubahan. Cukuplah untuk bikin pembaca nggak ikutan geram mengikuti interaksi dia dengan Prita.

Lalu, ada karakter pendukung yaitu: Felis (adik angkat Erlan), Ardhian (temen Prita, pacar Felis), Sebastian (asisten Erlan), Becca (sahabat Prita), Johny dan Yura Halim (orang tua Prita), dan yang paling konyol sekaligus menggemaskan adalah Orlin (asisten Prita). Karakter mereka cukup memberikan kesan dan bakal teringat mulu sampai saya benar-benar selesai membaca novel ini. Tentu saja ini keberhasilan penulis dalam memakaikan karakter kepada masing-masing tokohnya.

Bagian Favorit 

“Aku tertarik sama kamu, tapi aku belum siap untuk terlibat hubungan dengan seseorang.”

“Mungkin kamu akan menganggap apa yang aku katakan ini sebagai pembelaan diri untuk apa yang sudah aku lakukan. Dan itu mungkin memang benar. Tapi dibutuhkan lebih daripada sekadar ketertarikan fisik untuk menjalin hubungan.”

Dua penggalan kalimat di atas ada di halaman 211 dan merupakan awal ketika Erlan mulai terbuka dengan apa yang dia rasakan kepada Prita. Kenapa ini sangat berkesan? Karena Erlan dan Prita itu dua orang yang selalu mengingkari apa yang mereka rasakan. Dalihnya banyak dan semua hampir masuk akal. Kekurangannya hanya satu, keduanya tidak berani mengambil resiko untuk saling terus terang. Lebih banyak bersembunyi kepada alasan-alasan yang masih bersifat ‘seandainya’.

Petik-Petik
Urusan romannya, pembaca bakal diingatkan untuk bikin komunikasi yang efektif. Sehingga kalau suka katakan suka, kalau ada keinginan mohon disampikan. Nggak perlu melibatkan ‘seandainya’ yang justru membuat jarak untuk sebuah hubungan.

Untuk pesan lainnya adalah terkadang masa lalu yang pilu memang menyisakan luka. Tetapi bakal sampai kapan membiarkan lukanya tetap basah? Sedangkan kita diberikan pilihan lainnya, yaitu memaafkan. Pilihan ini jelas-jelas ampuh untuk menyembuhkan luka hati. Kita harus memilih, bukan memelihara luka.

Final. Rating.
Membaca kisah Prita dan Erlan ini cukup menguras emosi dan memberikan banyak perenungan terutama soal bagaimana menyikapi asmara dengan cara dewasa. Diseling juga dengan kekonyolan kaum bucin yang haus perhatian dan penuh drama, membuat novel ini terasa lebih berwarna. Akhirnya, saya memberikan nilai 4/5.

Cuplikan
  • “...Suka sama orang kan hak asasi manusia. Asal nggak maksa dia buat balas perasaan kita, wajar-wajar aja, sih.” – hal.16
  • “... Bahkan ada orang yang membenci kita hanya karena kita lebih kaya daripada mereka, tanpa tahu kerja keras yang kita lakukan untuk sampai pada titik ini.” – hal.20
  • Mengingat aib orang lain jauh lebih mudah dan menyenangkan daripada membicarakan kebaikannya. –hal.21
  • Hanya saja, orang memang tidak pernah menduga apa yang akan mereka dapatkan dalam hidup. Sama seperti kehilangan yang juga tidak bisa diperkirakan. –hal.49
  • Bertindak impulsif itu jatuhnya malah sering merugikan. –hal.58
  • “Memang ada orang yang sukses dalam pekerjaan, tetapi kehidupan sosialnya menyedihkan....” –hal.79
  • “Tapi orang yang kelihatannya menyenangkan itu bisa membawa masalah juga....” –hal.80

4 komentar:

  1. udah didownload, belum dibaca 😟

    BalasHapus
    Balasan
    1. segera dibaca De, menarik kok ceritanya.

      Hapus
  2. Aku udah baca novel ini dong. Aku bahkan selalu mengikuti setiap bab ceritanya pas dulu masih diposting di Wattpad. Btw, salam kenal ya, kak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya tidak tahu kalau novel ini pernah dimuat juga di wattpad. Wah, saya harus follow akunnya Kak Titi ini mah.

      Oya salam kenal juga :)

      Hapus