[Resensi] Mata dan Manusia Laut - Okky Madasari

gambar diunduh dari gramedia.com, diedit

Judul: Mata dan Manusia Laut

Penulis: Okky Madasari

Editor: Dwi Ratih Ramadhany

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Mei 2019

Tebal: 232 hlm.

ISBN: 9786020630281

***

Kabar di media internasional tentang manusia-manusia yang bisa menyelam di laut tanpa alat membawa Matara dan ibunya ke kepulauan Sulawesi bagian tenggara. Di kepulauan yang menjadi rumah bagi manusia-manusia laut itu, Matara berjumpa dengan Bambulo, bocah Bajo yang sejak balita sudah berenang dan menyelam di laut, layaknya seekor ikan. 

Berawal dari rasa penasaran, dua bocah itu mengarungi lautan, hal yang sesungguhnya biasa dilakukan oleh orang Bajo. Namun lautan punya irama dan aturan yang harus selalu diikuti. Kelalaian Bambulo menghadirkan bencana sekaligus petualangan menakjubkan bagi mereka. Mata dan Manusia Laut merupakan buku ketiga dari kisah Mata menjelajahi Nusantara, setelah Mata di Tanah Melus dan Mata dan Rahasia Pulau Gapi. Buku selanjutnya: Mata di Dunia Purba.

***

Novel Mata dan Manusia Laut menceritakan tentang petualangan Mata ketika dia dan ibunya berkunjung di Kecamatan Kaledupa untuk mempelajari soal cerita manusia laut. Pada satu hari ketika ada pesta budaya sedang berlangsung, Mata dan anak Bajo bernama Bambulo menelusuri lautan untuk mencapai alto, lingkaran panjang karang tempat dimana ayahnya Bambulo biasa mencari ikan. Hanya saja hari itu Bambulo melupakan pantangan yang selama ini ditaati warga Sama, dilarang berlayar pada saat bulan purnama.

Kegiatan mereka singgah di alto ternyata membawa bencana tsunami. Ombak lautan menyeret Mata dan Bambulo ke dasar samudra yang disebut Masalembo. Pada tengah perjalanan, Mata ditangkap oleh gurita raksasa. Bambulo yang terpisah justru bertemu dengan orang-orang penghuni lautan. Maka misi menyelamatkan Mata pun dimulai.

Saya pernah membaca novel anak series Menjelajahi Nusantara yang pertama berjudul Mata di Tanah Melus dan mengikuti informasi novel lainnya tetapi baru kesampaian membacanya sekarang. Salahnya lagi, saya lanjut langsung ke novel ketiga, bukan ke novel keduanya. Yah, semoga setelah ini selesai, bisa ada kesempatan membaca novel keduanya.

Masih mengenai petualangan anak bernama Matara yang melakukan perjalanan jauh bersama mamanya untuk riset buku. Matara, anak 12 tahun menjadi penegas jika novel ini ditulis untuk anak-anak. Agar lebih menarik, penulis kemudian merajut kisah petualangan sebagai bahan bakar ceritanya. Kali ini pembaca akan dibawa menyelami kedalaman samudera lautan.

Karena ceritanya untuk anak-anak, penulis membawa dongeng dengan kemasan yang memacu pembaca untuk turut berimajinasi membayangkan dunia fantasi yang dibangun. Pada novel ini saya cukup menikmati membayangkan dunia bawah laut, Masalembo, yang digambarkan sebagai sebuah perkampungan. Ada orang-orangnya, ada rumah-rumah yang dibangun dari kapal-kapal, juga ada fasilitas lainnya seperti di daratan.

Yang paling seru tentu saja membayangkan makhluk keturunan orang Masalembo dengan Dewa Laut, yang fisiknya perpaduan antara manusia dan makhluk laut. Ada yang percampuran manusia dengan gurita, percampuran manusia dengan ikan, dan ada juga percampuran manusia dengan kerang. Ketika membayangkan mereka saya justru ingat kepada tokoh utama di film Luca. Apalagi mahluk ini juga disebutkan masih usia anak-anak. 

Sudah menjadi ciri khas novel Okky Madasari, pasti akan disisipkan isu dan kritik sosial yang memberikan kita wawasan baru mengenai keadaan sosial di negeri ini. Pertama, isu lingkungan hidup terutama untuk habitat laut sangat ditekankan di novel ini. Penduduk di pulau-pulau Sulawesi Tenggara sangat menjaga kelestarian habitat laut karena mereka menyadari penghidupan utama mereka berasal dari laut. Ini tergambar pada alasan kenapa ketika bulan purnama jadi pantangan untuk memburu ikan sebab pada waktu itulah ikan-ikan bertelur. Telur inilah yang kelak menjadi penerus induk ikan yang ditangkap oleh nelayan.

Kedua, kritik pada tindakan suap yang dilakukan oleh petugas patroli kepada kapal-kapal yang berlayar. Praktik ini bukan berita baru, tapi menjadi berlawanan dengan yang dilakukan menteri yang menenggelamkan kapal-kapal luar ilegal. Pemerintah bergerak ketat, beberapa oknum bersikap longgar. Miris memang membayangkan hal ini.

Karena tokoh utamanya anak, maka penulis membatasi diksi yang dipakai sehingga kritik dan isu yang dibahas pun begitu tipis sebatas yang bisa dipahami oleh anak-anak. Padahal menurut saya isu dan kritik di novel ini lumayan populer sebagai pembahasan orang-orang dewasa. Sedangkan untuk kemampuan Okky membangun dunia fantasi dalam narasi-narasinya sudah tidak diragukan lagi. Saya begitu menikmati kisah Matara dan Bambulo ini.

Yang membuat saya agak kurang terhubung dengan cerita di novel ini adalah petualangan mereka melintasi samudera, dan ketika mereka terombang-ambing di laut, terlalu dramatik untuk dilakukan anak-anak. Momen heroik begitu bahkan jarang ditemukan pada orang dewasa. Sehingga menjadi ganjalan besar bagi saya untuk menganggap itu normal.

Karakter Matara dan Bambulo digambarkan sebagai anak polos yang kadang ingin menonjol di mata orang lain, tapi di sisi lain mereka keterbatasan pengetahuan sehingga lebih banyak mengikuti ego dan keingintahuan yang sedang besar-besarnya.

Usai membaca novel ini pembaca akan mendapatkan pesan untuk menjaga lingkungan hidup secara keseluruhan, bukan hanya habitat laut. Sebab tindakan manusia terhadap lingkungan hidup akan memiliki dampak. Jika merawat akan memberikan dampak baik, jika merusak akan membawa bencana. Tapi kadang kita lupa akan efek ini, ditutupi oleh keserakahan untuk menggerus manfaat lingkungan tersebut.

Mengikuti petualangan Matara dan Bambulo di lautan yang seru membuat saya memberikan nilai 3 bintang dari 5 bintang. Novel ini pas sekali dikenalkan kepada pembaca anak-anak.

Sekian ulasan saya, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!



[Resensi] Katarsis - Anastasia Aemilia

gambar diunduh dari gramedia.com, diedit

Judul: Katarsis

Penulis: Anastasia Aemilia

Editor: Hetih Rusli

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Maret 2019, cetakan kedua

Tebal: 272 hlm.

ISBN: 9786020322025

***

ka·tar·sis: n (Psi) cara pengobatan orang yg berpenyakit saraf dengang membiarkannya menuangkan segala isi hatinya dng bebas; (Sas) kelegaan emosional setelah mengalami ketegangan dan pertikaian batin akibat suatu lakuan dramatis.

Seluruh keluarganya tewas dalam pembunuhan sadis, sementara Tara ditemukan dalam kondisi mengenaskan di kotak perkakas kayu. Dengan bantuan Alfons, psikiaternya, polisi berusaha menemukan sang pembunuh lewat Tara yang mengalami trauma berat. Teka-teki pembunuhan ini makin membingungkan setelah muncul Ello, pria teman masa kecil Tara. Kematian demi kematian meninggalkan makin banyak tanda tanya. Apakah Tara sesungguhnya hanya korban atau dia menyembunyikan jejak masa lalu yang kelam?

***

Novel Katarsis ini menceritakan sebuah tragedi pembantaian di rumah milik pasangan Arif dan Sasi Johandi yang ada di Bandung. Yang tewas pada tragedi itu adalah Sasi dan Bara Johandi (ayah Tara), sedangkan Arif terluka parah. Tapi ditemukan juga di dalam kotak perkakas keponakan mereka yang bernama Tara Johandi. Yang lebih mencengangkan, sepupu Tara yang bernama Moses ditemukan tubuhnya dimutilasi dan sudah membusuk. Pada kasus ini yang kemudian tertuduh adalah buronan pencuri; Martin Silado dan Andita Pramani. Mereka mengelak karena pada saat itu mereka mengaku sedang merampok rumah di sebelahnya.

Polisi kemudian mulai mencari tahu kejadian yang sebenarnya di rumah itu dengan menggali kisahnya dari korban yang selamat. Tara yang secara mental terguncang dimasukkan ke rumah sakit jiwa dengan pendampingan psikiater bernama Alfons. Tara merupakan pasiennya sebelum tragedi ini terjadi. Pelan-pelan Alfons mencoba menggali kepribadian Tara yang memiliki obsesi aneh dengan koin lima rupiah.

Di Jakarta justru muncul teror pembunuhan berantai dengan ciri yang sama pada setiap korbannya: korban dimasukkan ke kotak perkakas dan ada koin lima rupiah di jasadnya. Alfons pun diminta oleh temannya, Jerry, untuk memberikan analisis terhadap kasus ini. Alfons merasa kasus ini ada kaitannya dengan Tara karena memiliki penghubung yaitu koin lima rupiah.

Alfons membawa Tara ke Jakarta untuk terus dilakukan perawatan sampai akhirnya Tara mengalami kemajuan pesat. Tara bahkan bertemu dengan Ello, pemuda yang menurutnya bisa mengerti keadaannya, dan mereka memiliki kedekatan sebagai pasangan kekasih.. Tapi hubungan mereka tidak membuat Tara merasa harus membuka masa lalunya yang sangat kelam kepada Ello. Alfons yang akhirnya terlibat dalam kasus pembunuhan berantai ini menemukan titik terang. Tapi sebelum dia mengungkapkan siapa pelakunya, dia menjadi korban selanjutnya.

Novel Katarsis ini memiliki genre Thriller Mystery karena ceritanya berkutat pada kasus pembunuhan dan pembaca diajak untuk menebak siapa pelaku sebenarnya. Sebenarnya semakin dibaca ke halaman berikutnya, kita akan mudah menebak si pelaku yang kejam ini. Dan yang kemudian menjadi poin menariknya adalah apa motif pembunuhan itu dan akan berakhir bagaimana kisah Katarsis ini.

Yang paling mengena buat saya, novel ini secara terang-terangan menguliti keadaan psikologi orang psikopat. Menurut website Alodokter, psikopat adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tidak memiliki emosi, perasaan, dan hati nurani. Meski sering digunakan, psikopat bukanlah istilah medis yang tepat untuk kondisi ini, melainkan gangguan kepribadian antisosial.

Kengerian psikopat berupa mereka bisa membunuh siapa saja tanpa melihat siapa korbannya, bahkan mereka bisa membunuh keluarganya sendiri. Otak psikopat tidak melihat tindakan kejianya sebagai kesalahan. Mereka tidak kenal yang namanya penyesalan. Justru mereka akan menemukan alasan pembenaran kenapa tindakan itu harus dilakukan. Dan tentu saja alasan itu akan bersifat egois, demi kepentingan kondisi dirinya.

Orang yang psikopat biasanya tidak memiliki rasa sakit. Mereka tidak akan meringis atau mengerang ketika terluka. Makanya mereka bisa memanipulatif lingkungan dan orang sekitar dengan membuat dirinya terluka seolah-olah jadi korban. Mereka juga suka melihat darah. Warna merah segar yang menggenang akan membangkitkan sisi psikopat mereka sehingga tindakannya bisa lebih brutal. Bagi mereka darah itu seperti tombol on untuk menghidupkan naluri sadisnya.

Cerita thriller identik dengan adegan bunuh-bunuhan dan pada novel Katarsis ini pembaca akan dipuaskan dengan narasi yang jelas dan detail mengenai kesadisan yang dilakukan tokoh-tokoh psikopatnya. Salah satu contohnya adegan menguliti kulit kaki korban berhasil membuat saya ngilu membayangkan prosesnya. Dan unsur misteri dalam novel ini pun dibuka dengan pelan-pelan. Yang memuaskan tentu saja misterinya yang bertahap-tahap sehingga sepanjang membaca novelnya kita akan dibuat kaget, geram, sekaligus bingung harus bersimpati dengan pelakunya atau dengan korban yang ketika meninggal perannya di novel ini pun selesai.

Penulis menggunakan gaya bercerita yang lugas karena genre novel ini lebih memerlukan detail ketimbang keindahan bahasa. Alurnya terbilang campuran dan disampaikan dengan POV Pertama dari tokoh yang berganti-ganti: Tiara, Alfons, dan Ello.

Dari novel Katarsis ini pada akhirnya kita sebagai pembaca akan memahami jika ada beberapa orang yang terlahir dengan memiliki gangguan emosi. Dan jika tidak diketahui selagi masih gejala, ini akan berbahaya bagi si pengidap maupun bagi orang-orang di sekitarnya. Mereka perlu terapi dari ahlinya dan support system dari lingkungan. Kasus psikopat begini sebenarnya mengingatkan kepada kita semua pentingnya memiliki kesehatan jiwa, health mental. Jangan sampai depresi, frustasi, dan traum,a membuat pengidapnya memiliki gangguan jiwa yang lebih parah.

Untuk keseruan mengikuti ketegangan dan misteri yang disajikan penulis dalam novel Katarsis ini saya memberikan nilai 5 bintang dari 5 bintang.

Sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!

[Resensi] Apakah Ucapan Bisa Menjadi Obat? - Lee Ki-joo

gambar diunduh dari gramedia.com, diedit

Judul: Apakah Ucapan Bisa Menjadi Obat? (Temperature of Language)

Penulis: Lee Ki-joo

Penerjemah: Gitta Lestari

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit:  2021

Tebal: 209 hlm.

ISBN: 9786020651804

***

Ucapan dan tulisan bisa memancarkan kehangatan juga aura dingin. Bahasa yang hangat merangkul kesedihan, bahkan memercikkan kebahagiaan. Ada orang yang bisa melepaskan rasa lelah pada dunia lewat bicara dengan teman, ada juga yang menemukan ketenangan dari kalimat-kalimat yang tertulis di buku. Jika seseorang yang kau sayangi meninggalkanmu gara-gara sesuatu yang kaukatakan tanpa sengaja, mungkin ucapanmu terlalu “panas”. Jika seseorang menutup hati hanya gara-gara satu atau dua pesan singkat darimu, mungkin tulisanmu terlalu “dingin”.

Buku ini berisi ucapan dan tulisan yang berarti dalam kehidupan sehari-hari, asal muasal suatu kata, serta penegasan atas betapa penting dan berharganya bahasa. Setiap kali membalik halaman buku ini, jika kau menghirup dan membaca setiap kalimatnya dengan hati-hati layaknya sedang menyantap makanan yang masih panas, mungkin kau bisa mempertimbangkan kembali sehangat apa pesan yang kau maksudkan dari ucapan dan tulisanmu.

***

Buku 'Apakah Ucapan Bisa Menjadi Obat?' atau dalam judul aslinya adalah Temperature of Language merupakan buku nonfiksi yang dilabeli sebagai buku self-improvement. Dalam bayangan saya, buku ini akan membahas mengenai ucapan yang baik-baik, yang bisa menjadi obat untuk kestabilan emosi seseorang. Bisa dari pemilihan kata, intonasi, waktu penggunaan, atau siapa lawan bicara. Tetapi ternyata buku ini tidak membahas ucapan dengan detail seperti harapan saya. Lebih banyak menceritakan pengalaman sehari-hari penulis yang kemudian dia tarik pelajaran atau hikmah yang bisa dipetik. 

Terdapat tiga bab besar yang saya sendiri tidak paham kenapa ada pengelompokan begitu. Bab pertama 'Ucapan, Sesuatu yang Terpatri dalam Hati' lebih memenuhi bayangan saya soal buku ini, karena ada pembahasan di balik ucapan yang dipilih orang-orang. Contohnya, di sebuah rumah sakit, dokter dan perawat atau pekerja lainnya akan menyebut pasien dengan gelar, nyonya, atau tuan, ketimbang memanggil mereka dengan sebutan pasien. 

"Kata 'pasien' merujuk pada seseorang yang sedang sakit. Jika kita sering memanggil mereka seperti itu, mereka justru akan lebih sakit."
(hal. 6)

Bab kedua 'Tulisan, Bunga yang Tak Pernah Layu' sepertinya dikhususkan bagaimana tulisan bisa membentuk ucapan yang baik. Contohnya ada seorang petugas keamanan yang setiap kali bertugas selalu membawa buku catatan. Si penulis penasaran dan mengintip beliau menulis apa. Ternyata di buku tersebut hanya tertulis tanggal dia bertemu sang istri dan tanggal ulang tahun istrinya. Setelah mendapatkan informasi, si penulis paham tujuan petugas keamanan membawa buku tersebut, tak lain karena dia didiagnosa mengalami gejala demensia. Dan petugas keamanan memilih tidak mengapa dia kelihatan banyak memori tapi dia tidak mau melupakan dua tanggal tersebut.

Bab ketiga 'Baris, Bukti Bahwa Kita Masih Hidup' seperti ingin menegaskan pentingnya meninggalkan jejak baik kita agar ketika kita tiada masih dapat dikenang oleh orang-orang terdekat. Seperti yang dilakukan oleh seorang Ibu yang renta, yang selalu mengajak anaknya yang disabilitas untuk berjalan kaki. Begitu sang Ibu meninggal, si anak sudah dapat berjalan walau tertatih. Tujuan sang Ibu agar anaknya dapat berdiri di kaki sendiri, tanpa merepotkan orang lain.

Penulis menuangkan banyak pengalaman hidupnya dalam sub-bab yang pendek-pendek. Pengalaman yang begitu keseharian sekali, tapi jika kita merubah sudut pandang, kita akan menemukan makna lebih dari pengalaman tersebut. 

Ada banyak hal yang dibahas, diantaranya soal percintaan, pernikahan, pekerjaan, kegemaran, dan orang tua. Dan yang paling mengena buat saya tentu saja tulisan-tulisan yang membahas soal orang tua. Saya selalu gampang dibuat berkaca-kaca jika membaca tema orang tua. Dalam tulisan 'Hanya Menelepon' dibahas mengenai telepon orang tua kepada anaknya yang selalu diawali dengan, "Saya menelepon karena sedang senggang." Padahal di balik kalimat itu ada kerinduan yang mendalam dari sosok orang tua, tapi di sisi lain mereka tidak ingin mengganggu kesibukan si anak. Penulis ingin mengingatkan bahwa tidak ada telepon orang tua yang sekedar waktu senggang, pasti ada rasa yang ingin diungkapkan disitu. Maka, jika kita menerima telepon tersebut, angkat dan berbincanglah sebentar dengan nada yang ceria dan riang. Orang tua akan senang mendengarnya.

Lalu pada tulisan 'Maaf, Saya Tidak Bisa Memberi Lebih' menceritakan pengalaman penulis yang sedang di rumah dan ibunya pergi ke keluar di tengah cuaca dingin bersalju lebat. Karena sudah gelap dan ibunya belum pulang, si anak mencari. Akhirnya dia bisa menemukan ibunya yang gemetaran di halte bus. Begitu si ibu masuk ke mobil, dia berkata lirih, "Maaf, Ki-Joo."

Padahal orang tua sudah memberikan segenap hidupnya untuk anak-anak, tapi setiap kali orang tua merasa menyusahkan anak, selalu yang paling pertama minta maaf. Sebuah sikap yang menyakitkan bagi anak karena orang tua tidak ingin menjadi beban bagi anak-anaknya. Padahal jauh di lubuk hati anak ada rasa senang dan bangga bisa dibutuhkan orang tua. Tapi kenapa mereka masih saja merasa itu tidak seharusnya? Begitulah kebaikan dan sifat rendah hati orang tua.

Tulisan favorit saya lainnya adalah 'Tujuan Perjalanan' yang membahas mengenai makna melakukan perjalanan entah sebagai berwisata atau berkelana. Bagi penulis keduanya merupakan proses dan yang paling penting proses perjalanannya, bukan tujuannya. Bagian ini seperti menyentil impian saya yang bercita-cita melakukan perjalanan ke beberapa tempat tapi sampai saya menulis ulasan buku ini belum terwujudkan.

Dalam buku ini penulis meramu pengalaman dari hal-hal kecil yang ia temui. Lalu dengan perenungan dicari makna baik yang terkandungnya. Gaya bahasa penulis mudah dipahami, apalagi pembahasan yang dibawakan mudah diterima pembaca karena tidak jauh dari yang kita alami juga. Ditambah dikemas dalam tulisan pendek sehingga bagi pembaca yang ingin meresapi tulisannya dengan mendalam dapat dibaca dengan singkat dan dilanjutkan dengan perenungan.

Dalam pembahasan nilai-nilai kehidupan, penulis sering sekali membawa pengalamannya menonton film. Saya sampai menuliskan sebagian banyak judul-judul film yang disebutkan penulis dalam bukunya ini:  Late Night Restaurant, Pale Moon, Veteran, Lover in Paris (drama), Our Little Sister, Casablanca, Whiplash, 'Like Father, Like Soon', The Great Passage, The Martian, Saving Private Rian, Gravity, Planet of Snail, Spotlight, Carol, Begin Again, Indiana Jones, Memento Mori, Star Wars, One Fine Spring Day, Interstellar, Eternal Sunshine of The Spotless Mind, La Famille Belier, Youth, The Great Beauty, The Six Million Dollar Man, The Bionic Woman, Drunken master, The Wonderful Wizard of Oz, 'Crouching Tiger, Hidden Dragon', Old Boy, Bourne Series, Mission Impossible. Ternyata Lee Ki-Joo ini sepertinya menyukai kegiatan menonton film sehingga bisa merelevansikan cerita film ke dalam pengalamannya.

Secara keseluruhan, membaca buku ini membuat saya seperti kembali melihat diri di cermin, sudah sejauh mana menerapkan syukur atas keseharian yang dilalui. Dan kita diingatkan untuk menjadi versi terbaik dari diri kita selama masih bersosialisasi dengan orang lain, salah satunya dengan menjaga ucapan agar yang keluar dari mulut kita merupakan yang baik dan menyenangkan orang-orang. Dibalik proses itu, kita juga harus merawat hati dan pikiran dengan hal yang baik-baik.

Untuk buku Apakah Ucapan Bisa Menjadi Obat? saya memberikan nilai 3 bintang dari 5 bintang.

Sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!

Catatan:

Cinta tidak akan berbicara panjang lebar atau memberikan alasan remeh demi menghindari situasi tertentu (hal. 8)

... banyak hal yang kehilangan keseimbangan dan roboh gara-gara kita terlalu terobsesi pada kesempurnaan (hal. 10)

... cara mengatakan sesuatu sebenarnya lebih penting daripada apa yang dikatakan, dan kadang apa yang tidak dikatakan lebih penting daripada cara mengatakan sesuatu (hal. 11-12)

Rasa malu pada dasarnya adalah hati yang rendah hati. Orang-orang yang tidak punya rasa malu adalah orang-orang yang tidak rendah hati (hal. 29)

Permintaan maaf adalah bahasa kemenangan yang hanya bisa diucapkan oleh orang-orang yang memiliki tekad dan keberanian untuk menghadapi hal-hal rumit (30)

Sifat seseorang bisa terlihat dalam hal-hal remeh (hal. 46)

Banyak orang yang mengacaukan hidup karena tidak mengambil keputusan dengan bijak (hal. 58)

Hanya ada dua pilihan yang dimiliki oleh orang-orang yang sudah kehilangan kemampuan bertanya. Beradaptasi atau menyerah. (hal. 60)

Kadang, kita harus melihat sedikit lebih jauh. Kita bisa melangkah mundur sedikit, atau memandang sesuatu dari sudut yang berbeda. Agar sesuatu terlihat lebih berharga. (hal. 131)

Tak ada cinta yang lebih buta daripada cinta seorang ibu kepada anaknya. (hal.139)

Kita harus lebih dulu mengalami kekalahan sebelum tahu cara menggapai kemenangan. (hal. 143)

Daripada sibuk menggapai sesuatu yang bisa dengan mudah terlepas dari jari-jari kita, sebaiknya kita mengingat kembali "apa yang pernah kita miliki" dan berusaha mendapatkannya kembali. (hal.146)

... kalau kau terjatuh, beristirahatlah sejenak. kadang, kau perlu memiliki ruang kosong. (hal. 162)

jamais vu adalah fenomena ketika hal-hal yang sudah sering kita alami terasa asing. Jamais vu kebalikan dari deja vu. (hal. 172)

yang dekat dengan kehidupan adalah kelembutan, sedangkan yang dekat dengan kematian adalah kekerasan. (hal. 183)

"Mata' bukanlah alat untuk melihat kelemahan seseorang, melainkan kelebihan seseorang. (hal. 188)

[Resensi] Ephemera - Akaigita

gambar diunduh dari gramedia.com, diedit

Judul: Ephemera

Penulis: Akaigita

Editor: Miranda Malonka

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Maret 2020

Tebal: 296 hlm.

ISBN: 9786020636542

***

Rumah di tepi rawa itu menyimpan bahaya. Dari kucing-kucing yang menghilang tanpa jejak, kerisik aneh di langit-langit pada malam hari, hingga takhayul keberadaan makhluk setinggi pohon kelapa yang menjaga tanah itu.

Suatu hari, Venus—anak perempuan penghuni rumah—terjatuh ke sumur dan koma. Saat dia siuman, dia mengaku terpeleset karena kaget melihat ular besar di sana. Tapi benarkah pengakuannya itu?

Lantas mengapa Adam, sahabat karib Venus, dikucilkan dan dituduh mendorong gadis itu ke sumur? Mengapa pula Luna, adik Venus yang serba tahu malah diam seribu bahasa?

Rumah di tepi rawa itu tak hanya menyimpan bahaya, tetapi juga rahasia gelap yang tak boleh menyebar.

***

Pada satu hari, sekumpulan anak remaja: Venus, Luna, Adam, dan Giga sedang main petak umpet. Yang giliran jaga adalah Luna. Semua berpencar. Venus memilih sembunyi di balik pohon pakis dekat sumur. Saat dia berjongkok, terdengar suara desisan dan kakinya menginjak sesuatu. Begitu dilihat, seekor ular tengah menatapnya siap menerkam. Venus kaget dan terdorong ke pinggir sumur yang rapuh dan jatuh ke dalam. Kepalanya membentur batu. 

Venus koma selama tiga bulan. Adam menjadi tertuduh hingga dia dipukuli oleh ayahnya sendiri. Luna harus menanggung beban mengurus rumah karena ibu dan ayahnya sibuk mengurus kakaknya. Sedangkan Giga sebagai sepupu sekaligus yang paling tua menjadi yang paling tidak terpengaruh. Sejak peristiwa kecelakan itu hubungan keempat remaja tadi berubah total.

Saat Venus akhirnya sadar dari koma, pertanyaan-pertanyaan soal kecelakan itu terungkap. Tetapi ada bagian-bagian yang aneh. Cerita ular dipatahkan oleh ayah dan ibunya. Venus dianggap amnesia. Hubungan kakak-adik menjadi bersitegang. Hubungan perkawanan menjadi dingin. Namun saat kucing hitam milik Venus yang bernama Oreo menghilang, Adam dan Herman (kawan sekolah Adam) membuat strategi untuk mengungkap soal kasus hilangnya beberapa hewan peliharaan warga dan rumor soal keberadaan ular raksasa milik wilayah keluarga Utomo.

Informasi saja, kata Ephemera berarti benda berbentuk kertas yang masa pakainya singkat atau sekali pakai, kemudian bisa didaur ulang atau dibuang. Contohnya tiket konser, tiket parkir, surat undangan, poster, dll. Tetapi penulis mengartikannya sebagai sesuatu yang fana, kebalikan dari kata timeless yang merupakan judul pertama dari ceritanya sewaktu masih dipublikasikan di wattpad.

Novel Ephemera secara umum tergolong cerita remaja yang dibalut misteri. Dikatakan cerita remaja karena tokoh utama dalam novel ini masih berusia remaja. Selain itu karena konflik yang dihadirkan berupa konflik yang biasa dialami anak remaja, misalnya perselisihan kakak-adik, pertengkaran sesama teman, muncul iri dengki, dan hadir rasa suka kepada teman lawan jenis.

Sedangkan disebut cerita misteri karena penulis menghadirkan versi yang berbeda cerita sebenarnya kejadian kecelakaan Venus: (1) Venus jatuh ke sumur karena kaget melihat ular dan, (2) Venus jatuh dari sumur karena didorong Adam.

Lalu rumor ular besar yang dilihat beberapa orang juga menjadi tanda tanya besar. Apalagi ketika kabar hilangnya Oreo disangkutpautkan dengan hilangnya beberapa hewan ternak milik warga. 

Setting tempat dimana rumah keluarga Ahsan dan keluarga Asti berada yaitu di tengah hutan kecil yang lokasinya bersisian dengan kanal selebar tiga meter dan rawa yang luas, makin memperkuat rumor soal keberadaan ular besar karena lokasi itu diyakini sebagai sarang ular. Warga semakin enggan berhubungan dengan keluarga Utomo sebab percaya keluarga ini memelihara ular.

Tema keluarga dalam novel ini juga begitu terasa yaitu dengan mengetengahkan konflik keluarga Utomo yang dicoba diselesaikan dengan cara yang aneh. Setiap orang punya pembenaran tanpa peduli kebenaran yang sebenarnya. Setiap orang mengukur masalah dari ukuran pribadi bukan dari ukuran nilai yang berlaku di masyarakat. Gara-gara kecelakaan itu, semua keluarga Utomo terpengaruh dan menunjukkan karakter aslinya.

Sebagai novel misteri, penulis berhasil Misteri ini semakin membingungkan karena cerita disampaikan dengan point of view dari tokoh yang berbeda-beda: Venus, Luna, Adam, dan Herman. Jadi setiap tokoh punya versi, pandangan, dan pendapat yang berbeda-beda mengenai peristiwa kecelakaan dan kondisi keluarga Utomo.

Sebagai cerita misteri, penulis sangat tepat dengan memilih gaya bercerita menggunakan Point of View (POV) yang bergantian antara beberapa tokoh: Venus, Luna, Adam, dan Herman. Sehingga setiap tokoh punya versi cerita yang kemudian menggenapkan cerita dari tokoh lainnya. Tujuan akhirnya tentu saja mengungkap secara mendetail apa yang terjadi saat kecelakaan dan rentetan 

Yang menarik lainnya dari novel ini adalah soal psikologi tokoh-tokohnya yang aneh. Penulis memainkan perubahan psikologi tokohnya dengan mengerikan. Venus yang manis ternyata sosok yang bossy dan selalu ingin jadi pusat perhatian. Luna sebagai adik yang penurut dan dewasa karena keadaan, kadang berubah menjadi sosok manipulatif. Adam terbilang sosok yang labil sebab terjadi perubahan karakter drastis dari yang ceria menjadi tertutup. Giga lebih memprihatinkan karena dia mempunyai kebiasaan memotong-motong serangga dan kadang melukai kucing. Yang paling normal kayaknya hanya Herman, tetangga Adam. Dia remaja yang penuh semangat berpetualang dan mempunyai karakter yang melebur dengan siapa pun. Berkat dia pula rahasia keluarga Utomo terungkap dan menjadi penyelesaian paling baik untuk semuanya.

Usai membaca novel Ephemera ini, saya mendapatkan pandangan baru mengenai bagaimana mewujudkan tujuan yang baik, yaitu tanpa melibatkan ego yang menimbulkan kerugian orang lain. Karena alasan kenapa keluarga Utomo memelihara monster dengan tujuan kelestarian alam. Sayangnya, beberapa cara yang dilakukan mengandung resiko tinggi, apalagi jika tidak terkendali bisa menjadi musibah besar. Selain itu, dari novel ini kita juga harus terbuka berkomunikasi dengan keluarga atau orang-orang terdekat. Dalam bersosialisasi pasti akan ada kalanya kita salah paham, tapi jika sudah terbiasa mengungkapkan segala sesuatu dengan baik, permasalahan tersebut tidak akan berlarut-larut. Jadi, belajarlah terus untuk berani mengungkapkan pikiran dengan kebijaksanaan.

Novel Ephemera ini saya berikan nilai 4 bintang dari 5 bintang karena saya menikmati misteri dan keseruan yang dihadirkan penulis. Ceritanya mampu menaik-turunkan emosi pembaca diiringi kebingungan menebak kebenaran misterinya.

Sekian ulasan dari saya, terakhir, jangan lupa menjaga kesehatan dan terus membaca buku!

[Resensi] Summer in Seoul - Ilana Tan

gambar diunduh dari gramedia.com, diedit

Judul: Summer in Seoul

Penulis: Ilana Tan

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit: September 2021, cetakan ketiga puluh dua

Tebal: 280 hlm.

ISBN: 9786020655703

***

Jung Tae-Woo—penyanyi muda terkenal Seoul yang muncul kembali setelah empat tahun menghindari dunia showbiz.

"Aku hanya ingin memintamu berfoto denganku sebagai pacarku," kata Jung Tae-Woo pada gadis di hadapannya.

Sandy alias Han Soon-Hee—gadis blasteran Indonesia-Korea yang sudah mengenali Jung Tae-Woo sejak awal, namun sedikit pun tidak terkesan.

Sandy mengangkat wajahnya dan menatap laki-laki itu, lalu berkata, "Baiklah, asalkan wajahku tidak terlihat."

Awalnya Jung Tae-Woo tidak curiga kenapa Sandy langsung menerima tawarannya. Sementara Sandy hanya bisa berharap ia tidak akan menyesali keputusannya terlibat dengan Jung Tae-Woo. Hari-hari musim panas sebagai "kekasih" Jung Tae-Woo dimulai. Perubahan rasa itu pun ada. Namun keduanya tidak menyadari kebenaran kisah empat tahun lalu sedang mengejar mereka.

***

Cerita dimulai oleh kejadian tertukarnya ponsel antara Sandy alias Han Soon-Hee dengan penyanyi pria bernama Jung Tae-Woo. Sehingga pada malam itu dengan kerendahan hati Jung Tae-Woo dan manajernya, Park Hyun-Shik, mengantar Sandy ke apartemennya. Tetapi siapa sangka jika malam itu ada wartawan yang mengabadikan mereka. Berita soal gadis yang diduga kekasih Jung Tae-Woo justru menjadi berita positif yang akan menenggelamkan gosip dirinya yang dikatakan seorang gay.

Akhirnya Sandy menerima permintaan kerja sama untuk menjadi kekasih Jung Tae-Woo. Hubungan mereka yang didasarkan kesepakatan justru menumbuhkan perasaan suka. Jung Tae-Woo merasa hidupnya lebih berwarna. Sedangkan bagi Sandy, yang semula hanya ingin mengenal penyanyi itu dan menjawab rasa penasarannya, tidak bisa mengelak kalau perasaannya berbenturan dengan masa lalu kakak perempuannya pada empat tahun yang lalu. Kejadian pilu yang membuat Ibunya Sandy memaksa Sandy untuk menjauh dari Jung Tae-Woo.

Novel Summer in Seoul merupakan bagian dari series Musim/Season, tapi novel ini masih bisa dibaca sendiri tanpa harus membaca buku yang lainnya. Hanya saja kalau mau lengkap dan mengenal lebih mendalam tokoh-tokohnya ya harus baca semua novelnya. Novel ini terhubung dengan novel Spring in London berkat kemunculan tokoh Danny Jo dan Anna Jo, model terkenal di Korea. Dan proyek video klip yang dibintangi Danny Jo dan Naomi merupakan proyek debut kembali Jung Tae-Woo.

Ciri dari series Musim ini tidak jauh dari cerita cintanya yang manis dan bukan yang menye-menye. Karena dihadirkan tokoh dewasa jadi segala hal romantis dalam novel ini bukan yang akan bikin pembacanya mengernyitkan dahi. Saya malah suka senyum-senyum sendiri ketika membayangkan bagaimana Jung Tae-Woo melakukan pendekatan kepada Sandy.

Konflik yang dihadirkan Ilana Tan dalam novel ini tidak begitu tajam. Masih berkutat masa lalu yang kelam, yang terjadi empat tahun silam. Walaupun merupakan tragedi yang menyakitkan bagi keluarga Sandy, namun semua orang sudah menerima kejadian tersebut. Sehingga terungkapnya masa lalu itu bukan menjadi ganjalan besar bagi hubungan Jung Tae-Woo dan Sandy.

Novel ini memotret sebagian dunia hiburan di Korea. Sebagai penyanyi terkenal yang digilai penggemarnya, kadang Jung Tae-Woo juga bersikap awas berhadapan dengan mereka. Sebab bukan tidak mungkin ada penggemar fanatik yang bisa berbuat nekat demi bisa dekat dengan penyanyi idolanya. Masa lalu kelam Jung Tae-Woo juga berkaitan dengan penggemarnya.

Di novel ini juga beberapa bagian menunjukkan aktivitas seorang penyanyi Korea terkenal. Misal kegiatan syuting, jumpa fans, bahkan ketika harus menghadapi wartawan yang berkerumun untuk mewawancara.

Lagi-lagi menjadi kekurangan novel ini adalah bagaimana penulis tidak bertanggung jawab terhadap judul novelnya yang membawa salah satu musim karena suasana musim panas tidak dimaksimalkan dalam ceritanya. Musim panas tidak dijelaskan menjadi sesuatu yang melatarbelakangi cerita sejoli Jung Tae-Woo dan Sandy. Sehingga Summer di novel ini terkesan untuk mempermanis judul saja.

Selain itu, latar belakang Sandy juga tidak terekspos dengan utuh, terutama kehidupan kuliah Sandy. Saya tidak mendapatkan momen-momen dia di kelas, mengerjakan tugas, atau hubungan sosialnya dengan rekan-rekan kampus. 

Ilana Tan lebih berfokus membangun cerita roman bagaimana Jung Tae-Woo dan Sandy bisa bergerak semakin dekat, dan terus semakin dekat, lalu dia halangi dengan konflik dan orang ketiga, sampai akhirnya mereka menemukan akhir cerita yang manis. Bahkan dunia kerja Sandy bersama Ms. Kim pun terbatas hanya mengantarkan baju, setelah itu tidak ada lagi ragam pekerjaan yang menunjukkan kalau dia karyawan di butik itu.

Untuk gaya bercerita dalam novel ini tidak jauh berbeda dengan pendapat saya di ulasan novel Spring in London: penulis menggunakan gaya bercerita teratur dan sesuai kaidah bahasa. Tapi ternyata di novel ini ada yang berbeda, penggunaan bahasa gaul Indonesia muncul juga sebagai pembeda karakter tokoh yang benar-benar lahir dan bergaul di Indonesia. Sehingga pada sedikit bagian saya mendapat kesan sedang membaca novel yang baru terbit pada saat-saat ini.

Sejauh saya membaca series Musim ini, tidak ada tokoh yang benar-benar saya idolakan karena mungkin latar belakang tokoh-tokohnya tidak begitu relate dengan saya. Di novel ini kita akan berkenalan dengan Sandy si gadis yang pekerja keras, teratur, bijaksana, dan ceria. Dia dari awal tahu siapa Jung Tae-Woo, tapi kedekatannya murni karena ingin mengenalnya, bukan membawa masa lalu ke masa kini untuk menggugat si penyanyi. Jung Tae-Woo tipe penyanyi yang sayang dengan ibunya, pengertian dan bisa menempatkan diri terhadap kondisi orang lain, juga memiliki kesabaran yang teruji untuk mendapatkan tujuannya. 

Selain kedua tokoh utama, kita juga akan menemukan beberapa tokoh pendukung: Lee Jeung-Su (mantan pacar Sandy), Ms. Kim (pemilik butik tempat Sandy kerja), Kang Young-Mi (sahabat Sandy), Park Hyun-Shik (manajer Jung Tae-Woo), dan ada beberapa tokoh lain yang kemunculannya sekilas.

Pada novel ini kita sebagai pembaca akan diingatkan untuk menempatkan masa lalu tetap di belakang. Jangan sampai mengikat langkah kita menuju masa depan. Masa lalu yang menyakitkan tidak bisa dilupakan tapi bisa kita kenang sebagai pelajaran. 

Karenanya, untuk novel ini saya memberikan nilai 3 bintang dari 5 bintang untuk malu-malu kucingnya Jung Tae-Woo dan Sandy kalau mereka sebenarnya saling suka.

Sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


----------------------------------------------------------

MONDAY BOOK REVIEW

Oya, karena hari ini bertepatan dengan hari Senin, jadi ulasan buku kali ini saya masukkan sebagai postingan Monday Book Review yang digagas oleh Kak Ira di blognya: irabooklover.com 

Label ini berlangsung dengan harapan akan bisa mempertemukan dan menggiatkan kembali blogger-blogger buku sehingga bisa lebih produktif dalam mengelola blognya ataupun dalam kegiatan membaca buku.

Bagi teman-teman yang mau ikut serta, silakan langsung berkunjung ke postingan Kak Ira yang membahas soal label Monday Book Review ini dengan mengklik poster di bawah ini:

[Resensi] Spring in London - Ilana Tan

gambar diunduh dari gramedia.com, diedit

Judul: Spring in London

Penulis: Ilana Tan

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit: September 2021, cetakan kedua puluh enam

Tebal: 240 hlm.

ISBN: 9786020655789

***

Gadis itu tidak menyukainya. Kenapa?

Astaga, ia—Danny Jo—adalah orang yang baik. Sungguh! Ia selalu bersikap ramah, sopan dan menyenangkan. Lalu kenapa Naomi Ishida menjauhinya seperti wabah penyakit? Bagaimana mereka bisa bekerja sama dalam pembuatan video musik ini kalau gadis itu mengacuhkannya setiap saat? Kesalahan apa yang sudah dia lakukan?

Bagaimanapun juga Danny bukan orang yang gampang menyerah. Ia akan mencoba mendekati Naomi untuk mencari tahu alasan gadis itu memusuhinya.

Tetapi ada dua hal yang tidak diperhitungkan Danny. Yang pertama adalah kemungkinan ia akan jatuh cinta pada Naomi Ishida yang dingin, misterius, dan penuh rahasia itu. Dan yang kedua adalah kemungkinan ia akan menguak rahasia gelap yang bisa menghancurkan mereka berdua dan orang-orang yang mereka sayangi.

***

Naomi Ishida, seorang model perempuan keturunan Jepang, terlibat proyek video klip musik di London. Lawan pasangannya seorang model pria bernama Jo In-ho alias Danny Jo, seorang model asal Korea yang sedang belajar menjadi sutradara. Sejak awal perkenalan mereka di lokasi syuting, Naomi menjaga jarak dengan alasan yang belum dipahami Danny. Karena hal ini, Danny semakin tertarik kepadanya.

Dengan dalih pertemanan, Naomi membuka kesempatan supaya mereka saling mengenal walau proyek mereka sudah selesai. Tapi berjalannya waktu, perasaan keduanya tumbuh tanpa bisa dicegah namun tidak diungkapkan. Danny semakin perhatian, sedangkan Naomi mengalami dilema besar.

Kebimbangan makin memperkeruh pikiran Naomi sejak temannya yang bekerja di majalah, Miho Nakajima, ternyata tengah dijodohkan dengan Danny oleh keluarga masing-masing. Walau Danny terang-terangan tidak menyukai Miho, tetap saja Naomi terusik, bahkan pada beberapa momen dia merasa cemburu.

Ketika segalanya disangka berjalan lancar, pada satu pesta terjadi insiden menyedihkan yang berakhir terungkap masa lalu yang membuat Naomi menjaga jarak dengan laki-laki. Masa lalu kelam yang mau tidak mau menggoyahkan hubungan Naomi dan Danny, dan mengharuskan keduanya mempertimbangkan langkah selanjutnya.

Novel Spring in London adalah novel kedua Ilana Tan yang saya baca, setelah dulu saya pernah baca novelnya yang berjudul Autumn in Paris. Rencananya saya akan menyelesaikan series musim karya penulis yang terdiri dari empat buah buku. Syukur bisa lanjut ke series NewYork.

Novel ini membawa cerita cinta-cintaan yang manis walaupun ada konflik tajam yang menguji pada perjalanannya. Dimulai dari perkenalan, proses pendekatan, hubungan tanpa status tapi bisa saling perhatian dan cemburu, dan akhirnya diuji dengan konflik yang membuat pasangan mempertanyakan akan kemana arahnya hubungan yang sudah tinggal dirajut.

Dengan membawa kisah Naomi dan Danny di kota modern yang memiliki pemandangan bagus serta musim semi yang dingin membuat kita sebagai pembaca akan terkesan betapa romantisnya mereka. Sayangnya musim semi dan kota London tidak digali mendalam. Perubahan musim dan keindahan musim semi tidak dinarasikan lebih banyak untuk menunjang percintaan kedua tokoh utama. Lalu lainnya, hanya sedikit sudut Kota London yang dibahas. Padahal dengan judul novel yang membawa nama kota, saya berharap mendapat sensasi diajak jalan-jalan penulis menelusuri lebih jauh di Kota London. Bisa saja dibahas restoran romantis, beberapa taman yang dikunjungi pasangan, atau lokasi-lokasi kencan yang menarik.

Kekerasan seksual menjadi poin penting dan konflik besar yang dihadirkan penulis. Efek yang dialami korban bisa disampaikan penulis dengan apik sehingga pembaca akan bersimpati dan mengutuk perbuatan tersebut. Kekurangan dalam isu ini adalah tentang proses penyembuhan korban yang tidak disampaikan dengan jelas. Bertahun-tahun memendam rahasia dari semua orang dan lari dari kenyataan jika dirinya korban kekerasan seksual, tidak bisa disembuhkan hanya dengan bercerita dengan orang yang kita percaya, tanpa pendampingan ahlinya. Sisi ini yang kurang dikemukakan oleh penulis padahal korban akan menghadapi orang-orang yang bertalian dengan pelaku.

Isu lain yang dibahas tipis-tipis penulis adalah soal orientasi seksual yang berbeda. Diwakili oleh Christopher Scott sebagai teman flat Naomi yang berorientasi gay, pembaca seperti diberikan informasi kultur pergaulan bebas yang ada di London. Menurut saya yang membuat kultur ini bertahan disana karena setiap warganya menerapkan tidak ikut campur selama tidak menyinggung atau merugikan. 

Selama membaca novel ini saya tidak menemukan kendala karena penulis menggunakan gaya bercerita teratur dan sesuai kaidah bahasa. Ini pas karena menyesuaikan dengan tokoh utama yang dewasa sehingga cerita bisa lebih relate dengan pembaca. Lalu, cerita disampaikan dengan alur maju. Pada bagian menceritakan masa lalu penulis menggunakan kalimat langsung dari salah satu tokoh yang ada.

Untuk tokoh-tokoh yang hadir di novel ini merupakan tokoh usia dewasa yang sudah bekerja. Naomi Ishida seorang model keturunan Jepang yang pekerja keras. Sampai-sampai dia sering telat makan. Dia pendiam karena masa lalu dan memilih menjaga jarak dengan laki-laki. Danny Jo atau Jo In-ho adalah model asal Korea yang ingin belajar menjadi sutradara. Dia pekerja keras walau lahir dari keluarga kaya. Tipe pria yang perhatian dan memiliki selera terhadap perempuan yang menyenangkan dan berkarakter dibanding hanya sekadar cantik. Danny juga mampu menempatkan emosi pada situasi yang tepat. Sehingga amarah yang muncul bisa ditakar agar tidak menimbulkan masalah lain.

Tokoh figuran lain yang muncul adalah: Julie Humphrey (teman flat), Christopher Scott (teman flat), Miho Nakajima (teman di redaksi majalah), Keiko (saudara kembar Naomi), Anna Jo (kakak perempuan Danny), Kim Dong-min (teman kakak laki-laki Danny), dan masih ada beberapa tokoh lainnya.

Dari novel Spring in London kita bisa belajar untuk lebih mencintai diri sendiri. Tidak ada masa lalu yang bersih dan putih, pasti pernah ada noda. Tetapi noda bukan untuk dipendam, dirahasiakan, dan menjadi bara dalam sekam. Agar hidup bahagia, kita harus berdamai dengan masa lalu. Sejauh apapun kita lari, masa lalu tidak bisa ditinggalkan di satu tempat dan akan terus menjadi bayangan yang bisa mengusik kapan-kapan sesukanya.

Maka saya memberikan nilai 3 bintang dari 5 bintang untuk perjalanan cinta Naomi dan Danny yang harus menghadapi badai untuk berdamai dengan masa lalu. Novel yang saya rekomendasikan untuk dibaca kalian yang menyukai cerita cinta yang manis.

Sekian ulasan dari saya, jangan lupa jaga kesehatan dan terus membaca buku!

[Resensi] Petualangan Jack & Piggy Natal - J. K. Rowling

gambar diunduh dari gramedia.com, diedit

Judul: Petualangan Jack & Piggy Natal

Penulis: J. K. Rowling

Penerjemah: Dini Pandia & Nina Andiana

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Oktober 2021

Tebal: 352 hlm.

ISBN: 9786020657066

***

Jack sayang sekali pada mainan favoritnya, Si Piggy. SP selalu ada untuknya, saat senang maupun sedih. Sampai suatu hari hal paling mengerikan terjadi - SP hilang!

Tetapi ada malam untuk mukjizat dan semua yang terhilang, ketika segalanya bisa jadi bernyawa... bahkan mainan. Dan mainan Jack yang paling baru punya rencana menegangkan: bersama mereka akan memulai petualangan ajaib dan seru untuk mencari yang terhilang... menyelamatkan sahabat Jack...

***

Novel Petualangan Jack & Piggy Natal merupakan karya terjemahan terbaru dari penulis series Harry Potter yang diterbitkan oleh Gramedia. Dan begitu saya bisa langganan Gramedia Digital, tentu tidak akan melewatkan kisahnya walau saya belum membaca series Harry Potter.

Buku ini menceritakan kedekatan Jack dengan boneka babi kesayangan yang dinamai Si Piggy (SP). SP bukan boneka bagus sebab dia benda kesayangan Jack yang selalu diajak kemana-mana dan mengalami banyak hal sehingga tampilannya kumal, matanya sudah diganti dengan kancing, dan telinganya sudah lunglai. Yang membuat SP berkesan bagi Jack adalah aromanya, percampuran dari berbagai bau. 

Aroma pada benda kesayangan merupakan aroma menenangkan. Saya yakin kita semua pernah menciumi barang kesayangan dan itu rasanya nikmat sekali. Saya dulu pernah punya bantal kesayangan dan merasa nyaman kalau tidur dengan bantal itu, walau menurut saudara-saudara saya baunya sudah tidak enak.

Pada awal ia sekolah, Mum dan Dad memutuskan berpisah. Mum dan Jack pindah rumah, memilih yang lebih dekat dengan Gran dan Grandpa. Di sekolahnya yang baru, Jack mendapat pendamping pelajaran membaca bernama Holly Macaulay. Seiring berjalannya waktu, Mum kemudian mengenalkan pria bernama Brendan. Dan Jack tidak menduga jika Brendan ini ternyata adalah ayah Holly. Kebersamaan Mam dan Brendan tidak disukai anak-anak sehingga hubungan Holly dan Jack sering memanas. Puncaknya, Holly melempar SP dari mobil sewaktu pulang dari supermarket dan sejak itu SP dinyatakan hilang.

Jack marah besar, dia mengamuk. Holly yang menyesal karena ulahnya itu mengganti boneka SP dengan boneka babi lain, Piggy Natal. Tapi Jack tidak terima dan dia membanting, menginjak, dan hampir memutuskan kepala Piggy Natal tersebut.

Pada saat menjelang malam natal, ketika Jack berencana kabur untuk mencari SP, dia justru menemukan Piggy Natal hidup dan berjanji akan menemani Jack untuk mencari SP. Sejak itu petualangan Jack dan Piggy Natal di Tanah yang Terhilang dimulai untuk membawa SP kembali.

Awalnya saya ragu bisa menyelesaikan novel tebal ini dalam waktu singkat. Tetapi berkat penceritaan yang baik, detail, dan jelas, saya bisa mengikuti petualangan Jack dengan lancar. Novel anak ini membawa tema petualangan dan keluarga dengan balutan fantasi. 

Unsur fantasi yang muncul pertama kali adalah dunia yang diciptakan penulis untuk benda-benda yang hilang, sekaligus wilayah luas yang akan dijelajahi oleh Jack dan Piggy Natal. Bagi saya, penulis memang juara membangun latar bersifat fantasi. Ini juga banyak diungkapkan pembaca lain ketika membaca series Harry Potter.

Wilayah yang dibangun penulis dalam novel ini adalah: Wilayah Salah Taruh, Kota Tergantikan, Tanah  Kota Astaga-Hilang, Terbuang yang Tak Ditangisi, Kota yang Dirindukan, dan Pulau yang Disayangi. Untuk lebih jelas bagaimana struktur dan karakter kota-kota tersebut, lebih baik segera baca bukunya.

Dalam petualangannya, Jack dan Piggy Natal bertemu banyak barang hilang lainnya. Misalnya: Sherif Kacamata, Maksi si Kotak Makan, Ally si Buku Alamat, Wali Kota Parutan Keju, Peremuk berupa sepatu, Puisi berupa kertas, si Kompas, Bunny Bonek Biru, Kebiasaan Buruk, dan masih banyak lainnya. Dan setiap karakter mempunyai cerita kenapa mereka bisa dianggap sesuatu yang hilang. Oya, yang hilang ternyata bukan hanya benda, tetapi bisa juga seperti Keindahan, Optimisme, Kekuatan, Prinsip, Ambisi, Ingatan, Kebahagian, dan Harapan

Setelah membaca novel ini ada kesan hangat yang merambat di dada. Cerita sederhana yang mengingatkan kita untuk menyayangi benda-benda yang kita miliki. Bisa jadi ada benda yang dipunya tapi tidak pernah digunakan dan terlupakan, justru diganti dengan beli baru. Artinya ada dua nasib benda yang dipertaruhkan: benda yang hilang dan tidak diingat, dan benda pengganti. Penulis membuatnya bernyawa dan pembaca diajak untuk memahami perasaan benda-benda itu.

"Kehilangan itu bagian dari hidup... Tetapi sebagian dari kita hidup walaupun terhilang. Itulah artinya cinta dan rasa sayang..."
(hal. 298)

Selain menghargai benda, pembaca juga akan merasa terharu dengan konflik keluarga yang disajikan. Terutama perkembangan karakter Jack dan Holly. Sebagai anak-anak, mereka belajar dengan cepat berkat pengalaman dan kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan. Sebagai orang dewasa, sudah seharusnya membesarkan hati mereka apapun keadaan dan keinginan mereka sehingga anak-anak dapat memiliki karakter yang kuat.

Sebagai pengalaman pertama membaca novel karya J. K. Rowling, saya memberikan nilai 5 bintang dari 5 bintang untuk Jack dan Piggy Natal. Saya begitu terkesan dan novel ini menjadi inspirasi bagaimana membuat novel yang mudah dipahami pembaca.

Sekian ulasan saya, terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!

[Resensi] Deliverance: Dimensional Fugitive - Shireishou

gambar diunduh dari akun twitter penerbit


Judul: Deliverance: Dimensional Fugitive

Penulis: Shireishou

Editor: Donna Widjajanto

Penerbit: Mekar Cipta Lestari

Terbit: Desember 2020

Tebal: vi + 218 hlm.

ISBN: 9786239435547

***

Melintasi ruang dimensi demi menyelamatkan diri adalah satu-satunya yang bisa mereka lakukan. Seorang pemuda tujuh belas tahun hidup berdua dengan adiknya yang baru berumur sebelas tahun. Mereka hanya ingin hidup tenang, tapi selusin pembunuh siap menghabisi keduanya.

Ketika kehidupan keras di dunia yang sudah bobrok membuat keduanya harus berjuang sekuat tenaga untuk bertahan hidup, Alf dihadapkan pada pilihan: Membunuh atau Dibunuh. Akankah ia bisa melindungi adiknya, Neysha?

Berapa dimensi yang harus ia lalui sebelum bisa menemukan jawaban? Ataukah ia harus terus menyaksikan kematian Neysha di setiap dimensi yang berbeda?

***

Novel Deliverance menceritakan pemuda bernama Alf yang selalu diburu pembunuh berjubah hitam utusan Pemimpin dari dunia Utopia Phonixkralle. Dia berjuang melindungi Neysha yang pada beberapa dimensi selalu mati terbunuh. Dan anehnya setiap kali ada yang terbunuh, portal akan terbuka lalu Alf akan terseret ke dalamnya. Di dimensi yang baru, Alf akan bertemu kembali dengan Neysha. Selama perpindahan dimensi, ada ingatan Alf yang hilang, tapi Neysha yang dia temui selalu bisa mengingat kejadian yang menimpa Neysha di dimensi lain.

Banyak pertanyaan yang tidak Alf temukan jawabannya. Tapi Alf tetap teguh pada pendiriannya untuk melindungi Neysha dari pembunuh yang mengincar mereka.

Ternyata membaca novel science-fiction lumayan menantang. Saya tidak bisa membaca cepat karena perlu paralel membayangkan adegan sesuai narasi. Dunia dimensi yang dibangun penulis berubah-ubah. Ada dimensi mesin, ada dimensi angkasa, ada juga dimensi tanpa teknologi. Tentu jadi pekerjaan berat bagi penulis untuk menyusun narasi latar sedetail dan semudah mungkin dibayangkan pembaca. 

Pada beberapa dimensi, penulis tidak menggali secara mendalam latarnya. Sehingga ada dimensi yang sekedar transit saja. Misal ketika Alf terseret ke dimensi angkasa, baru saja dia siuman, langsung terjadi pertarungan dan berakhir Alf kembali terseret ke dimensi lain, tanpa menelusuri dimensi angkasa seperti apa yang dia singgahi.

Tema petualangan dalam novel ini kurang kental. Mungkin karena dimensi yang dikunjungi Alf tidak tereksplorasi. Yang membuat saya bertahan menyelesaikan novel ini karena penasaran bagaimana keseruan pertarungan Alf dan Pemimpin sebagai puncak konfliknya. Dan ternyata penulis menyisipkan plot twist menjelang akhir cerita. Tapi buat saya tidak mencengangkan sebab dari awal Alf dan Neysha tidak mempertanyakan poin itu.

Emosi dan karakter tokoh serba jadi tanggung. Yang paling utuh hanya tokoh Alf saja. Neysha, Fayne, Ibu, dan Pemimpin jadi tokoh figuran karena kemunculan mereka sedikit sehingga susah mengenali karakter mereka yang sesungguhnya. Kecuali Neysha, walau muncul lumayan sering, tapi dia mengalami perubahan yang begitu cepat di dimensi lain sehingga karakternya terasa berubah-ubah.

Novel petualangan menjanjikan memacu adrenalin, tapi di novel ini saya mendapatkan sedikit sekali hal itu. Saya keburu pusing membayangkan gambaran dimensi, dan ditambah pusing membayangkan adegan berkelahi yang sampai berdarah-darah. Entah apa yang kurang, luka-luka yang menimpa Alf pun tidak menimbulkan nyeri dan linu. Padahal sebelumnya saya pernah membaca pembukaan cerpen 'Dongeng Pengantar Kematian' di buku Jangan Pulang Jika Kamu Perempuan karya Riyana Rizki yang bikin saya mual dan linu meski hanya beberapa paragraf saja.

Secara keseluruhan, membaca novel dengan balutan science-fiction menjadi pengalaman baru bagi saya. Dan tentu saja saya tidak akan menyerah untuk menikmati tipe cerita serupa. Untuk novel Deliverance ini saya memberikan nilai 2 bintang dari 5 bintang.

Sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!

[Resensi] Sesuap Rasa - Catz Link Tristan

gambar diunduh dari gramedia.com, diedit


Judul: Sesuap Rasa

Penulis: Catz Link Tristan

Editor: Afrianty P. Pardede

Penerbit: Elex Media Komputindo

Terbit: September 2021

Tebal: 216 hlm.

ISBN: 9786230027673

***

"Mungkin kamu takut untuk makan, tapi makanan dan teman makan yang baik dapat menghangatkan jiwamu.” 

Ketiga bersaudara Wuddan seakan kehilangan ikatan setelah mama mereka meninggal. Ketiganya tenggelam dalam pelarian akan penyesalan. Hingga saat Nessa, saudari mereka, jatuh sakit, Wendy dan Hansen dihadapkan pada dilema. Haruskah kembali ke kampung halaman dan menghadapi penyesalan mereka? 

Ada luka di hati mereka yang harus segera disembuhkan. Ada ikatan persaudaraan yang harus mereka selamatkan. Dapatkan kenangan makanan yang pernah menghangatkan jiwa membawa kembali ikatan yang telah merenggang? “Makanlah denganku hari ini....”

***

Karena gift voucher langganan Gramedia Digital belum saya rendem, dan saya sudah pengen banget baca novel-novel romance, maka saya langsung pakai sesuai arahan email yang dikirim tim Gramedia. Begitu selesai rendem, langsung saya unduh beberapa judul buku yang bikin penasaran. Dan akhirnya saya memutuskan untuk membaca novel Sesuap Rasa sebagai awalannya.

Novel ini dimulai dengan telepon yang diterima Hansen dari Putri, kawan tidak akrab-akrab banget waktu SMA. Putri mengabarkan kalau Nessa, kakak perempuan Hansen, masuk rumah sakit. Han kaget karena kakaknya tidak pernah mengeluh apa-apa. Han langsung menghubungi kakak sulung, Wendy, dan menceritakan kabar soal Nessa.

Wendy dan Han berbeda kota dengan Nessa. Wendi di Jakarta, dan Han di Kuching, Malaysia. Mendengar kondisi kabar Nessa, keduanya bergegas melakukan perjalanan pulang ke Pontianak. Mereka tidak ingin terlambat bertemu Nessa seperti kejadian dulu, mereka terlambat bertemu Mama.

Nessa merasakan nyeri di kepala dan sering muntah. Menurut pemeriksaan dokter, ada masalah dengan perutnya. Diagnosa yang tidak jelas ini membuat saya mengira Nessa mengidap sakit parah seperti kanker, sehingga kondisinya memburuk dan umurnya tidak akan lama. Tapi rupanya bukan itu.

Novel Sesuap Rasa memiliki tema keluarga. Disini kita akan menemukan konflik di tengah hubungan kakak-adik. Tema yang bikin saya meneteskan air mata pada beberapa bagian, terutama pada bagian yang menceritakan penyesalan kakak atau adik yang belum maksimal berada dan berfungsi untuk saudara yang lain. 

Nessa sakit secara psikologi. Setelah saudaranya pergi dari rumah untuk kerja di luar kota, Nessa tinggal berdua dengan Mamanya. Dan setelah Mamanya menyusul Papa ke surga, Nessa sendiri tinggal di rumah bersama kenangan-kenangan ketika mereka masih berkumpul yang dibalut kesepian. Hubungan Nessa dengan saudaranya menjadi kaku, jarang sekali menelepon, jarang sekali saudaranya pulang ke rumah. Memendam rasa kangen, rasa sepi, dan rasa bersalah, ternyata pelan-pelan menggerogoti kesehatan Nessa dari dalam. Puncaknya, kondisi kesehatan menurun dan tubuh Nessa menjadi kurus.

Selaras dengan tampilan latar belakang cover-nya yang ada ilustrasi makanan, pada novel ini pun dibahas beberapa menu, yang juga menjadi judul setiap bab-nya. Makanan yang dibahas kesemuanya merupakan yang ada di Pontianak, misalnya Nasi Padang, Pia Kacang Hijau, Nasi Telur Mata Sapi, Bubur Nasi Teri, Nasi Capcay, Bakso Ikan Telur Asin, dan masih varian lainnya. Menu di novel ini merupakan objek untuk menceritakan keharmonisan ketiga bersaudara pada masa lalu, yang mereka ulang kembali untuk memperbaiki kerenggangan hubungan mereka.

Karakter-karakter di novel ini pun sangat hidup. Nessa, sebagai anak kedua dan anak perempuan, begitu rapuh, tidak ingin merepotkan orang lain, dan pemendam perasaan. Sehingga dia berusaha untuk tidak menjadi beban saudaranya yang lain. Wendy sebagai anak pertama adalah sosok yang kuat, bertanggung jawab, dan kaku. Dia selalu menampilkan sikap ketus dan cuek karena sewaktu kecil harus menanggung beban sebagai pengganti Papa. Hansen, si bungsu justru kebalikan dari Wendy, dia lebih supel, ekspresif, dan ceria. Menurut kakak-kakaknya ini efek dari dimanja oleh Mama dan kakak-kakaknya.

Secara keseluruhan, novel ini ingin mengingatkan pembaca jika keluarga adalah hal penting. Sesibuk apa pun, kita harus bisa membagi waktu untuk bertemu atau menghubungi keluarga. Karena ketika kita kehilangan kesempatan dekat dengan keluarga, yang tersisa hanya rasa penyesalan.

"Kerja memang perlu, tapi kalau bisa siapkan waktu untuk bertemu sesekali... Ah, waktu terus berjalan a, tak bisa dikembalikan lagi walau kita sudah punya banyak uang. Waktu juga belum tentu bisa terus berputar, kadang kala terhenti di satu sisi..."
(hal. 145)

Untuk novel Sesuap Rasa ini saya beri nilai 4 bintang dari 5 bintang, sebab cukup relate dengan saya, dan secara tidak langsung mengingatkan kita semua untuk selalu mementingkan keluarga.

Sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!

[Resensi] Bingung Bingung - Fadel Ilahi Eldimisky



Judul: Bingung Bingung

Penulis: Fadel Ilahi Eldimisky

Editor: Fialita

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Agustus 2019

Tebal: viii + 160 hlm.

ISBN: 9786020630472

***

Hal yang sebenarnya biasa saja, kalau ditelisik lebih jauh ternyata bisa membuat bingung. Apalagi hal-hal yang memang membingungkan. Salim, orang kampung yang bekerja di Surabaya, menyadari hal itu setelah pada sore yang nahas motornya menabrak trotoar. Menurut dokter, Salim terkena gegar otak ringan. Sementara istrinya, Sofia, menengarai Salim kesurupan.

Di mata Salim, tak ada yang membingungkan. "Apakah ada yang tak membingungkan?' katanya. Hampir setiap kalimat yang diucapkan Salim diawali dengan, "Saya bingung."

Perubahan itu membuat istri Salim ikutan-ikutan bingung. Begitu juga dengan atasan di kantor, Atasan Paling Atas, dan teman-teman Salim. Balian sakti pun ditugaskan menangani Salim yang bingung.

Salim bingung, semua orang jadi bingung.

Novel ini menyodorkan "kacamata" bingung untuk segenap peristiwa yang selama ini dianggap tidak membingungkan. Dan ternyata, dalam segenap peristiwa yang membingungkan itu tersimpan banyak hal yang membuat kita tertawa. Bingung tapi tertawa. Bingung, kan?

***

Pada suatu waktu Salim mengalami kecelakaan lalu lintas. Motornya menabrak trotoar. Menurut dokter, Salim mengalami gegar otak. Salim justru menyangkal, dia merasa dirinya baik-baik saja. Ketika diberikan resep, Salim tidak terima. Orang sehat kenapa harus minum obat?

Sejak inilah sikap Salim berubah di mata istri dan rekan-rekan kerjanya. Sebelumnya, Salim sosok yang pendiam dan penurut, tapi mendadak berubah menjadi cerewet, kritis, dan bingung. Perubahan ini jadi merepotkan banyak orang.

Novel Bingung Bingung ini ternyata merupakan pengembangan dari cerita pendek berjudul Bingung, yang dimuat dalam antologi dwibahasa, Saraswati: Wisdom and Knowledge.

Kesan saya setelah baca novel tipis ini, lumayan tergelitik dan sedikit jengkel mengikuti tokoh utamanya, Salim. Tergelitik karena pertanyaan kebingungan Salim mewakili keresahan banyak orang, walaupun orang-orang sebenarnya lebih banyak tidak peduli. Salim menyentil dengan pertanyaan-pertanyaan itu, bahkan menurut saya bisa masuk kategori menyerang. Apalagi Salim orang dewasa, yang tidak lagi lucu dan menggemaskan ketika keingintahuannya tinggi dan dia keluarkan lewat bertanya. Salim saja yang betah banget mempertanyakan kebingungannya sampai dia bingung sendiri.

Kenapa suara2 yg benar membuat telinga yg mendengarnya panas dan otak yg mencernanya berubah gerah? Sebegitu jauhkan manusia saat ini dari kebenaran?
(hal. 40)

Lalu karena terlalu banyak bertanya, Salim menjadi sosok yang menjengkelkan. Kayaknya semua yang dia lihat membuatnya bingung. Parahnya, dia bingung dan semua orang harus mengetahui kebingungannya. Kan bikin kesal!

Kenapa aturan mengekang mulut kita utk membicarakan apa saja yg kita pikirkan dan kita rasakan?
(hal. 49)


Membaca cerita soal Salim, pembaca diajak untuk ikut menjawab keresahan-keresahan di masyarakat. Misalnya salah satu contohnya, kenapa polisi mesti mengamankan motor korban kecelakaan lalu lintas? Kenapa harus ada uang tebusan untuk mengambilnya? Apa mereka tidak paham, gara-gara kecelakaan motor itu ada biaya besar yang harus dikeluarkan; untuk berobat dan untuk memperbaiki motor? Lalu kenapa polisi masih membebani korban dengan uang tebusan itu?

'Dan setiap orang yang bersitegang dengan polisi di jalan raya, polisi selalu muncul sebagai pemenang' (hal. 4) Kalimat ini menyentil polisi yang kebanyakan memanfaatkan posisinya menjadi pemenang di jalanan demi dibarter dengan uang buat makan pagi, siang, atau malam.

Banyak banget pertanyaan-pertanyaan Salim yang di awali, "Saya bingung..." Soal dukun, soal pemerintah, soal masyarakat, soal perusahaan, semua kena dibingungkan Salim. Yang bikin saya geram kalau Salim sudah bertanya yang jawabannya sudah dia tahu. Ada beberapa hal yang menurut saya aneh kalau orang dewasa masih mempertanyakan hal sepele, sedangkan dia bisa menyimpulkan jawaban berdasar situasi dan kondisi nyatanya. Jika sudah berdebat panjang dengan rekan kerjanya, Salim akan mematahkan dengan kalimat, "Saya bingung."

Salim seharusnya 'kita', tapi dalam versi yang lebih baik. Maksudnya, kita harus bisa berpikir kritis dan mau mengungkapkan sesuatu yang patut ditanyakan. 

Untuk novel Bingung Bingung ini saya memberikan nilai 3 bintang dari 5 bintang. Semoga kita bisa berlucu-lucuan yang satir dengan novel ini, di sisi lain menjengkelkan, di sisi lain menghibur.

Sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!

[Resensi] Sang Belas Kasih - Haidar Bagir



Judul: Sang Belas Kasih

Penulis: Haidar Bagir

Penyunting: Azam Bahtiar & Ahmad Najib

Penerbit: Penerbit Mizan

Terbit: September 2021, cetakan pertama

Tebal: 208 hlm.

ISBN: 9786024411985

***

Bukan saja puitis redaksinya, Surah Al-Rahman, yang merupakan surah ke-55 dalam Al-Quran juga sangat indah kandungannya. Dalam surah yang terdiri dari 78 ayat ini, Allah menggelar berbagai gambaran imbalan kebaikan berlipat ganda dan nyaris tak terbatas bagi orang-orang yang berbuat kebaikan yang sempurna (ikhsan). Bisa jadi karena taburan cinta dan belas kasih Allah di dalamnya, Surah Al-Rahman disebut juga sebagai "Arus (pengantin) Al-Quran".

Dalam buku ini juga disinggung pemahaman-pemahaman alternatif-yang lebih sufistik-atas beberapa gagasan dasar ajaran islam yang juga diungkapkan di dalam surah ini.

***

Alasan kenapa saya membeli buku ini karena sejauh ini saya kurang mendapatkan wawasan dan siraman rohani yang sifatnya keagamaan dari buku-buku yang sudah saya baca. Mendadak muncul perasaan hampa. Saya sadar betul karena hati saya masih kosong dalam pemahaman soal Islam. Maka dari itu saya membeli paket bundling buku karya Haidar Bagir dengan harapan hati saya bisa diisi ilmu Islam yang akan membuatnya melembut.

Buku yang dilabeli dengan 'Islam Cinta' ini membahas soal penjelasan surah kelima belas dalam Al-Quran yaitu Surah Al-Rahman. Surah ini mempunyai 78 ayat. Al-Rahman sendiri memiliki arti Yang Maha Pemurah. 

Allah SWT itu bersifat rahmah yang artinya belas kasih, welas asih. Sehingga nama Allah SWT selalu bersanding dengan sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Ringkasnya, sifat Allah SWT ini tertuang dalam kalimat basmallah. Sehingga kita dianjurkan untuk membaca basmallah sebelum melakukan apa pun.

Al-Quran sebenarnya sudah ditanamkan Allah SWT di dalam hati manusia. Tapi semua dikembalikan ke manusia itu sendiri, apakah mereka mempelajari Al-Quran sepenuh hati untuk mengaktualisasikan nilai Al-Quran di dalam hatinya, atau justru tidak dipelajari.

Setelah membaca sampai tuntas, saya mendapatkan pemahaman jika Surah Al-Rahman ini dibagi menjadi 4 pembahasan utama (jika keliru, mohon dapat diralat).

Pertama, permulaan surah ini pembaca akan diajak memahami sifat Allah SWT Yang Pengasih dan Penyayang. Ada penegasan bahwa sifat Allah SWT mutlak. Jika larangan dan ganjaran dari Allah SWT yang terkesan berat, semata-mata dibalik itu ada bentuk kasih dari Allah SWT.

Kedua, pada beberapa ayat selanjutnya pembaca akan diberikan penjelasan mengenai kuasa Allah SWT sebagai Yang Maha Kuasa atas segala ciptaan-Nya. Allah SWT menciptakan semesta, manusia, dan semua ciptaan lainnya, dan Allah SWT juga memelihara itu semua sehingga berada dalam posisi seimbang. Lalu jika manusia dianggap merusak keseimbangan dan memunculkan bencana, itu semata-mata Allah SWT ingin menyadarkan dan mengembalikan manusia agar kembali bersikap seimbang terhadap apa pun.

Ketiga, dibahas juga mengenai pedihnya siksa neraka bagi orang-orang yang datang ke masa hisab dengan dosa-dosa dan kesalahan-kesalahannya. Pada saat penghitungan amal baik, manusia tidak ditanya apa dosa-dosanya sebab sudah ada dua malaikat yang senantiasa setia mencatat segala amal kita, baik amal baik maupun amal buruk. Dan bagi mereka yang amal buruknya lebih banyak akan ditarik ke neraka dahulu untuk dibersihkan dosa-dosanya.

Keempat, pembahasan terakhir mengenai balasan bagi orang-orang yang amal baiknya lebih banyak. Mereka akan diganjar dengan surga yang dilimpahi kenikmatan tidak terbatas. Pembahasan mengenai nikmat surga ini bahkan sampai diulang. Bedanya, pada pengulangan kedua, Allah SWT menyebutkan peningkatan nikmat surga yang tingkatannya lebih daripada penjelasan nikmat surga yang pertama.


Pada buku Sang Belas Kasih ini ada bagian yang membuat saya menangis ketika membacanya, yaitu pada halaman 176 - 180. Pada bab itu dibahas mengenai makna Ihsan. Ihsan adalah perbuatan baik yang dilakukan dengan penuh ketulusan, dengan penuh keikhlasan dan juga -antara lain karena ketulusan dan keikhlasan itu- dilakukan dengan sesempurna mungkin (hal. 177).

Untuk mencapai ihsan, pembaca diajak untuk beribadah kepada Allah SWT seolah-olah kita bisa melihat-Nya. Tapi jika kita belum mencapai taraf itu, beribadahlah dengan sungguh-sungguh seperti Allah SWT tengah melihat kita.

Lumayan memukul dada ketika membahas soal kesungguhan dalam beribadah. Karena saya sendiri belum mencapai di taraf beribadah dengan hati dan beribadah sebagai sebuah kebutuhan. Belajar menuju ke arah itu ternyata pelik. Bahkan sebagai manusia biasa, saya lebih banyak tergelincir kepada ego, sehingga beribadah masih sebatas ritual. Semoga dengan membaca buku-buku bermuatan nilai Islam, saya bisa memperbaiki diri agar lebih baik, di mata Allah SWT, maupun di mata manusia.

Saya memberikan nilai 4 bintang dari 5 bintang. Sebuah buku bacaan yang kaya nilai, yang memberikan kesempatan kepada pembaca untuk mendalami makna yang ada dalam Surah Al-Rahman. Bisa jadi kita sering membaca surah ini, tapi tidak pernah menyempatkan diri memahami makna di dalamnya. Dan buku ini tampaknya akan saya baca ulang ke depannya.

Sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!


[Resensi] Basirah - Yetti A. KA



Judul: Basirah

Penulis: Yetti A. KA

Penyunting: Misni Parjiati

Penerbit: DIVA Press

Terbit: Oktober 2018

Tebal: 184 hlm.

ISBN: 9786023916252

***

Langit berwarna pekat. Seorang perempuan orang tua tunggal membaca pertanda alam lewat kartu tarot. Seekor anjing raksasa mati dibunuh dengan cara mengenaskan. Seorang perempuan tua yang lebih suka bercakap-cakap dengan arwah anak dan suaminya. Anak gadis berjiwa dewasa terperangkap dalam kekeliruan.

Di Kota Basirah ini semua hal tidak masuk akal bisa terjadi. Mungkin, sesuai arti namanya, kota ini menunjukkan inti perasaan terdalam penghuninya, yang tak selalu seputih kapas, tapi juga sehitam malam.

***

Awalnya saya kira Basirah itu nama tokoh tapi ternyata bukan, itu nama kota kecil, pada novel ini seperti terletak di Pulau Sumatra. Basirah memiliki arti inti perasaan terdalam. Entah apa relevansinya dengan situasi kota tersebut yang sepi, jauh dari kota ramai, dan tidak banyak penduduk tampaknya. Disebutkan oleh penulis kota ini juga didominasi oleh orang-orang yang religius.

Novel Basirah ini menceritakan kehidupan anak perempuan berusia delapan tahun bernama Imi. Dia tinggal bersama Mamanya yang berprofesi sebagai pembaca kartu tarot. Imi selalu dibilang anak aneh dan istimewa. Dia senang berkhayal dan berbicara dengan hatinya sendiri.

Imi kecil begitu polos. Dia berteman dengan Nenek Wu, salah satu tetangga rumahnya, yang tinggal sendirian. Tapi Imi percaya kalau Nenek Wu tidak kesepian sebab dia ditemani hantu suami dan anaknya yang sudah meninggal karena kebakaran.

Imi juga begitu sayang kepada Paman Pohon, yang kata Mama, Paman Pohon adalah penolong. Meski Imi tidak punya saudara (paman, bibi, kakek, nenek, adik, atau kakak), dia bersyukur punya Paman Pohon yang menyenangkan.

Alur cerita dimulai ketika suatu pagi Imi dan Mama menemukan anjing raksasa peliharaan mereka 'Bolok', mati dengan luka di leher dan salah satu kupingnya dipotong. Untuk sementara waktu mereka mengabaikan pertanyaan siapa pelakunya, dan justru mengutamakan untuk membuang bangkai anjing itu ke lokasi dimana anjing tersebut ditemukan dulu.

Lalu emosi Mama kerap naik-turun jika sedang ada masalah. Beliau terganggu dengan kabar jika Paman Pohon berpacaran dan akan menikah dengan Tante Miri. Rasa cemburu membuat Mama menarik diri dari siapa pun, kecuali dengan Imi.

Puncak konflik terjadi ketika Imi menghilang. Mama dan yang lainnya mencari tapi tidak ketemu. Pada rentang waktu itu, Nenek Wu meninggal dibakar di rumahnya karena masyarakat menganggap Nenek Wu penyihir dan sudah menculik anak-anak.



Novel ini diceritakan melalui sudut pandang Imi dan Nenek Wu. Dominasi penggunaan narasinya dengan format kalimat tidak langsung dan saya harus benar-benar fokus untuk bisa memahami siapa yang sedang bercerita. Sebelumnya saya tidak pernah menemukan novel dengan format ini dan membaca novel Basirah ini menjadi pengalaman menarik bagi saya.

Secara garis besar, novel ini hanya menceritakan kehidupan Imi sebagai tokoh utama. Mama, Paman Pohon, Bolok, dan Nenek Wu, berfungsi sebagai penunjang cerita saja. Alur cerita besarnya sebenarnya sedikit. Justru penulis lebih banyak menggali latar belakang beberapa tokoh sehingga pembaca bisa mengenal lebih dalam.

Misalnya, latar belakang Mama yang memilih tinggal di kota Basirah dan mempunyai anak tapi tanpa ada suami. Ataupun mengenai latar belakang Nenek Wu yang kelam, yang membuat dia enggan bersuara dan memilih tinggal sendiri di gubuknya.

Novel Basirah ini membahas isu-isu penting yang ada di masyarakat. Pertama, isu seksual yang kental dibahas pada bagian yang menjelaskan bagaimana pertemuan Mama dan Papa pada sebuah bar di Jakarta hingga Imi terbentuk. Papa Imi saat itu adalah sosok suami dan sudah memiliki tiga anak. Bagian lainnya ketika menjelaskan masa lalu Nenek Wu yang diperkosa beramai-ramai hingga dia mempunyai anak. Nenek Wu kemudian pindah ke Batavia dan menjadi perempuan penghibur.

Kedua, perdagangan anak yang dialami Imi setelah dia diculik. Bagian ini akan kita temukan di penghujung novel sebagai jawaban pertanyaan kemana Imi menghilang dan siapa pelakunya. Di akhir novel pembaca akan disodorkan sosok Imi dewasa, yang lebih bijaksana menerima takdir hidup yang menimpanya.

Ketiga, tentang mendidik anak, yang lumayan berat dilakukan oleh orang tua. Bagian ini lebih banyak dibahas dari sudut pandang Imi yang melihat orang dewasa di sekitarnya. Dia punya penjelasan, penilaian, dan kesimpulan atas apa yang dia lihat dan dengar dari orang dewasa dalam versi anak-anak. Sehingga novel ini bagus dibaca oleh pembaca dewasa untuk memahami jalan pikiran anak-anak yang kadang berseberangan dengan pikiran orang dewasa.

Kesan saya setelah membaca novel ini justru melelahkan. Alasannya karena penggunaan kalimat tidak langsung membuat pembaca butuh ekstra perhatian untuk memahami narasinya. Ditambah setiap paragrafnya lumayan panjang-panjang. Selain itu, novel ini terbilang 'unik yang berat' karena dua hal. Satu, penggambaran situasi Kota Basirah yang sepi dan menyeramkan. Lumayan susah dibayangkan karakter kotanya. Dua, tokoh-tokoh yang menonjol punya keunikan yang tidak umum. Mama berprofesi pembaca kartu tarot, Imi yang pikirannya liar tidak sesuai umurnya, Paman Pohon yang penolong tapi tidak jelas gambaran besar kehidupannya, Nenek Wu yang memilih menjadi pendiam dan punya ciri seperti nenek sihir, dan Bolok, anjing peliharaan yang berbadan besar yang setelah kematiannya suka muncul di benak Imi sebagai hantu.

Terlepas dari label cerita 'unik yang berat', novel ini justru mengandung banyak sindiran yang dilontarkan Imi kepada orang-orang dewasa. Imi seperti membolak-balikkan semua pikiran orang dewasa yang bisa berubah-ubah kapan pun mengikuti keadaan. Tentunya dalam bahasa anak-anak. Dan secara keseluruhan saya memberi nilai 2 bintang dari 5 bintang.

Sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!